Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Usai PPKM Dicabut, Perajin Lampion Harap-Harap Cemas Menanti Omzet Normal Kembali

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 11 Januari 2023 |09:16 WIB
Usai PPKM Dicabut, Perajin Lampion Harap-Harap Cemas Menanti Omzet Normal Kembali
Bisnis lampion tunggu omzet normal kembali usai PPKM diacabut. (Foto: MPI)
A
A
A

MALANG - Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat perajin lampion di Kampung Jodipan Malang mulai bergeliat.

Apalagi saat ini menyambut perayaan tahun baru Imlek pemesanan lampion pun kian meningkat.

Perajin lampion Malang, Ahmad Syamsuddin mengungkapkan, selama penerapan pembatasan baik PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan PPKM akibat Covid-19 pesanan lampion menurun drastis dibandingkan tahun 2019 lalu.

Bahkan ketika sebelum Covid-19 pesanan lampion yang datang mayoritas 90% berasal dari luar negeri, dengan pesanan mencapai puluhan ribu unit lampion.

 BACA JUGA:PPKM Dicabut, Luhut Minta Masyarakat Tetap Waspada Covid-19

"Kalau dulu hampir 90% pesanan itu ke luar negeri, termasuk pada saat saya berada di Bali. Untuk tahun ini sudah mulai membaik dan ada peningkatan pesanan. Dari luar negeri itu langganan dari Italia," ucap Ahmad Syamsuddin, dikonfirmasi MPI pada Rabu pagi (11/1/2023).

Pria berusia 34 tahun ini menuturkan, pernah suatu ketika pandemi Covid-19 sedang parah - parahnya dirinya tak mendapatkan pesanan sama sekali.

Hal itu berlangsung sampai dua tahun ketika pandemi Covid-19 menerjang, terlebih ketika pembatasan di tahun 2020 dan 2021.

"Pada saat pandemi Covid-19, itu sampai tidak ada pesanan. Ini baru pertama kali lagi ada pesanan setelah Covid-19, saat Covid-19 itu sampai tidak ada pesanan sama sekali. Dua tahun itu tidak ada pesanan," jelasnya.

Kini sejak pembatasan dilonggarkan mulai ada pesanan saat Imlek.

Bahkan di tahun ini pesanan lampionnya meningkat hingga 30 - 40%. Pesanan ini datang dari berbagai kota di Indonesia, mulai dari Jakarta, Malang, dan Surabaya.

Khusus dari Italia disebut Syamsuddin bahkan setiap tahun memesan 2.000 unit lampion dengan masing-masing dibanderol Rp90.000.

"Alhamdulillah tahun ini sudah mulai membaik, ada kenaikan pesanan. Ini berbeda dengan kondisi dua tahun lalu pada saat ada PPKM. Kalau sekarang kenaikan sekitar 30-40%, kalau sekarang di 5.000 - 6.000 unit lampion," ungkapnya.

"Untuk yang ke Italia itu harga satuannya Rp90.000. Pesanan minimal 2.000 sampai 3.500 unit. Untuk yang ke Italia sudah dikirim, itu satu bulan sebelum Imlek sudah selesai, waktu pengerjaan hanya satu bulan," imbuhnya.

Satu unit lampion dijual seharga Rp25.000 hingga yang terbesar mencapai Rp5 juta, yang berbentuk karakter seperti shio berdasarkan tahun barunya, seperti misalkan bentuk kelinci di tahun 2574 Kongzili.

Bahkan pernah ketika tahun 2019 lalu DIA mengerjakan lampion dengan total Rp1 miliar bermotifkan masjid untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri di kantor perusahaan kontraktor swasta di Kota Malang.

"Harga satuan mulai Rp25.000 sampai Rp 5 juta, tapi menyesuaikan ukurannya. Harga Rp60.000 per unit diameter 50 sentimeter, untuk diameter 30 sentimeter, harga Rp40 ribu. Harga dari diameter terkecil itu naik Rp10 ribu. Paling kecil ukuran 20 sentimeter, hingga 2-3 meter. Tahun ini banyak pesanan mulai ukuran 20-50 sentimeter, untuk permintaan lokal," jelasnya.

Masing-masing lampion dikerjakan dalam waktu bervariasi, mulai seminggu, hingga paling sulit lampion berjenis karakter yang memakan waktu lama, dengan mengerahkan setidaknya 17 pekerja dari para warga sekitar Kampung Lampion Jodipan.

"Pengerjaannya beragam, tapi yang karakter itu satu minggu, untuk yang karakter itu pesanan dari Jakarta, untuk di pusat perbelanjaan. Untuk karakter itu pengerjaannya satu minggu. Untuk karakter perlu waktu lama," ucapnya.

Sayang Syamsuddin kini belum terlalu bisa tersenyum manis, sebab ada kenaikan harga bahan baku pokok berupa kainnya sebesar 20%. Sementara untuk bahan baku seperti rotan, lem, isolasi, dan kawat, tidak mengalami kenaikan.

"Kainnya pakai kain peles. Itu tidak dijahit, pakai lem. Rotannya juga tidak ada kenaikan. Untuk harga bahan baku ada kenaikan 20% dari harga sebelumnya, semuanya naik. Dulu itu harga kain Rp200 ribu sampai Rp300 ribu, sekarang jadi Rp 450 ribu, itu satu piece, 45 meter, satu gulungan besar," paparnya.

Dia berharap seiring dicabutnya PPKM sejak akhir Desember 2022 lalu, bisa meningkatkan pesanan lampion ke jumlah yang normal seperti saat sebelum pandemi Covid-19.

"Harapan kami, dengan dicabutnya PPKM ini kami bisa mendapatkan pesanan lagi supaya normal seperti dulu," pungkasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement