 
                Uang yang dipinjam Adi digunakan untuk membangun usaha konveksinya. Bahkan, sering kali dirinya ditagih oleh pemberi utang, sampai akhirnya solusi yang dia pilih adalah gali lubang tutup lubang.
"Jadi membayar utang pun gali lubang tutup lubang. Minjem lagi untuk bayar itu, yang ini jatuh tempo gimana cara nutupinnya? ya udah berutang lagi. Siapa nih yang belum diutangi. Kayak gitu salah sebetulnya," jelas Ayu.
Bahkan, berdasarkan ceritanya, mereka sempat ingin dilaporkan ke polisi karena tidak bisa membayar utang.
Dibalik semua itu, usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri ini ternyata membuahkan hasil. Keadaan mereka berbalik.
Tiba-tiba mereka banjir orderan dari seseorang yang tidak dikenal. Dengan sekuat tenaga, pasangan suami istri ini mencoba untuk memenuhi semua orderan tersebut. Dari situlah, mereka mulai mendapatkan profit besar untuk pertama kalinya.
"Di satu titik kita dapat pertolongan dari allah, jalan keluar yang tidak diduga-duga. Di mana, ada seseorang yang pesen baju koko dan orang itu tidak pernah pesan sebelumnya. orderannya harusnya 500, ditambah pesanan istri saya. Udah gitu pesanannya harus segera semua," terang Adi.
Sejak saat itu, Adi dan Ayu dalam sehari bisa mendapatkan pesanan baju koko sebanyak 6000 pcs. Namun, ternyata musibah kembali menimpa kedua pasangan tersebut. Baju koko yang dijualnya diduplikat oleh seorang yang pernah bekerja dengannya.
"Dari situ kita dapat pelajaran, brand ini harus di hakikat," tegasnya.
Semua mereka jalani dengan sabar, sampai pada tahun 2021 Adi kembali mendapatkan banyak orderan sampai 50.000 pesanan. Sehingga semua utang-utangnya dapat terlunasi dan bisa membeli mobil serta rumah pribadi.
Terakhir, di tahun 2022 mereka berhasil menjual 70.000 pcs baju koko h-5 sebelum masuk bulan Ramadhan. Adapun tahun lalu, target satu reseller mereka mencapai Rp1,3 miliar per bulan.
"Tahun lalu itu, kita satu resellernya sampai Rp1,3 miliar sebulan. Tahun depan juga ada targetnya," jelasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)