JAKARTA - Bos Properti China Evergrande, Hui Ka Yan mengalami penurunan kekayaan dari USD42 miliar atau Rp633 triliun menjadi USD3 miliar atau Rp45,2 triliun. Hal tersebut disebabkan pasar properti terus melambat.
Mengutip Fortune, Hui Ka Yan pernah menjadi salah satu orang terkaya di China. Namun, menurut perhutungan Bloomberg Billionaires Index terbaru, kekayaan konglomerat properti itu telah anjlok hingga 93%.
Hal ini terjadi setelah beberapa tahun yang bergejolak. Bisnis properti menjadi yang paling banyak berutang di dunia dan selama bertahun-tahun, perusahaannya telah berusaha mendapatkan uang tunai untuk membayar kembali utangnya sebesar 300 miliar dolar AS.
Meski pengusaha yang juga dikenal sebagai Xu Jiayin dalam bahasa Mandarin ini menggunakan kekayaan pribadinya untuk menopang bisnis dengan menjual rumah dan jet pribadi, namun perusahaan tersebut masih gagal membayar obligasi dolar AS pada Desember 2021 lalu. Perusahaan Sempat berjanji untuk memberikan rencana restrukturisasi utang pada Juli 2022, menetapkan bagaimana cara membayar kembali kreditur, pemasok, dan investor, tetapi gagal melakukannya.
Pada Januari tahun lalu, grup tersebut juga menangguhkan perdagangan sahamnya di bursa saham Hong Kong di tengah laporan bahwa mereka telah diperintahkan untuk merobohkan sejumlah blok apartemen yang sedang dikembangkan di provinsi Hainan selatan China. Evergrande telah membangun 39 gedung apartemen mewah di kota Danzhou di provinsi Hainan selatan di Ocean Flower Island, sebuah pembangunan yang dibuat dari tiga petak tanah reklamasi yang berbentuk seperti bunga.
Tetapi pihak berwenang China dilaporkan memerintahkan Evergrande untuk merobohkan 39 gedung apartemen dalam 10 hari ke depan setelah Evergrande diduga mendapatkan izin bangunan melalui cara ilegal.
Baca Juga:Â Ini Sosok 3 Orang Terkaya di Bangka Belitung, Siapa yang Paling Tajir?
Itu terjadi di tengah perlambatan yang lebih luas di pasar properti negara itu karena pasar perumahan mencatat penurunan harga selama 11 bulan berturut-turut pada Agustus 2022. Bloomberg melaporkan, Hui yang dulunya merupakan pemain utama di kancah politik China, sekarang malah dijauhi. Setelah bergabung pada 2008, Hui menjadi bagian dari Chinese People’s Political Consultative Conference—sebuah kelompok yang terdiri dari pejabat tinggi pemerintah dan nama-nama besar dalam bisnis.
Dan pada 2013, dia juga memiliki posisi dari elit kelompok itu, badan penasihat politik beranggotakan 300 orang. Namun, dia diminta tidak menghadiri konferensi tahunan kelompok itu pada tahun ini.
Follow Berita Okezone di Google News