JAKARTA - Amerika Serikat (AS) berpotensi gagal bayar utang. Di mana utang Negeri Paman Sam mencapai 120% dari pendapatan ekonomi nasional.
DPR AS mencatat penambahan utang secara signifikan terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Ada dua penyebab utang AS kian membengkak.
Pertama, pemotongan pajak nasional yang disetujui Partai Republik di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Kedua pemberian bantuan selama pandemi virus corona yang belum didanai di bawah kepresidenan Trump dan Biden.
Baca Juga:Â DPR Minta Pertimbangkan Masa Pengabdian Honorer dalam Rekrutmen PPPK
“Kita belum pernah berutang seperti ini sejak Perang Dunia II. Untuk itu kita tidak bisa terus seperti ini. Dan saya rasa tidak ada seorang pun di Amerika yang tidak setuju bahwa ada pemborosan belanja pemerintah yang bisa kita hilangkan," ujar Ketua DPR Amerika Serikat Kevin McCarthy, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (30/1/2023).
Dirinya pun segera bertemu Pemerintah Presiden Joe Biden untuk membahas tingginya utang AS. Dirinya tak mau masalah utang menjadi masalah ke depannya.
“Jadi, saya ingin duduk bersama, menyusun kesepakatan yang bisa membawa kita maju ke arah keseimbangan, di mana pada saat yang sama tidak membahayakan utang kita,” ujarnya.
Baca Juga:Â Lolos Seleksi PPPK Nakes, Berikut Tahapan Selanjutnya
“Kita tidak seharusnya mencetak lebih banyak uang, kita harus menyeimbangkan anggaran. Itu sebabnya saya ingin memeriksa setiap departemen. Di mana kita bisa lebih efisien, lebih efektif dan lebih akuntabel?” tambahnya.
Seperti Biden, McCarthy mengesampingkan gagasan untuk memangkas dua program pemerintah yang paling populer, yaitu program pensiun dan asuransi kesehatan bagi penduduk lansia, yang masing-masing dikenal dengan nama Social Security dan Medicare.
Dirinya juga aka memeriksa setiap dolar yang dibelanjakan, tidak peduli untuk apapun.
"Saya ingin menghapus pemborosan di mana pun itu terjadi," ujarnya.
Follow Berita Okezone di Google News