JAKARTA - 2023 tampaknya telah menjadi awal tahun yang menyulitkan bagi sejumlah industri e-commerce. Pasalnya, kondisi pasang surut ekonomi yang tak menentu telah melahirkan tantangan serta pengaruh yang signifikan, sehingga membutuhkan usaha ekstra untuk bisa tetap bertahan.
Tak jarang, kondisi tersebut membuat para pemain e-commerce mulai mengerahkan berbagai upaya strategi bisnis untuk bisa menjawab segala tantangan yang ada. Karena bagaimanapun industri e-commerce memiliki peranan yang sangat penting terhadap individu dan juga keberlangsungan bisnis mereka.
BACA JUGA: Transaksi E-Commerce Tembus Rp922 Triliun Sepanjang 2022
Selain menjadi tempat belanja online bagi pembeli, kini e-commerce telah menjadi wadah yang strategis untuk mendukung para pelaku usaha online. Lantas, di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu ini, siapakah e-commerce nomor satu yang paling unggul dan menjadi pilihan favorit penjual?
Dalam dua tahun terakhir ini, transformasi digital bergerak dengan cepat. Semakin banyak masyarakat yang beralih ke online, yang juga bersamaan dengan meningkatnya layanan digital yang terintegrasi.
Tidak terkecuali pada ranah usaha, di mana semakin banyak penjual yang mengoptimalkan ranah digital seperti platform e-commerce sebagai salah satu strategi utama dalam berjualan. Kemudahan dan keunggulan yang ditawarkan platform e-commerce meliputi, kemudahan untuk mengakses kapan saja dan dimana saja, jangkauan yang luas, dan berbagai aspek lainnya.
Berdasarkan riset Katadata Insights Center bertajuk ‘MSME Study Report: Peran Marketplace bagi UMKM’ mengungkapkan bahwa sebanyak 77 persen pelaku usaha menyatakan marketplace membantu memasarkan produk, sehingga mereka bisa bertahan dan berjualan di masa pandemi.
Selanjutnya sebanyak 72 persen menyatakan terdapat banyak program promo, 69 persen menilai marketplace aman untuk bertransaksi, dan 66 persen mengaku mudah untuk digunakan.
Pada riset yang sama, sebanyak 82 persen pelaku usaha memilih Shopee sebagai marketplace untuk berjualan online, jauh melampaui pemain-pemain e-commerce lainnya, seperti Tokopedia (64 persen), Bukalapak (28 persen), Lazada (22 persen), Blibli (15 persen) dan lainnya (9 persen).
Keunggulan dan manfaat yang langsung dirasakan oleh penjual menjadi dasar untuk para e-commerce terus berinovasi dan menggali potensi yang dapat mendukung penjual dalam meningkatkan bisnisnya.
Adapun indikator konsiderasi penjual meliputi beberapa hal, di mana pada survei yang sama, ditegaskan bahwa sebagian besar penjual UMKM mulai berjualan di marketplace karena menilai platform online praktis dan bisa menjalankan usaha di mana saja (70 persen) dan menawarkan banyak promo serta gratis ongkir yang dapat menarik konsumen (69 persen).
Selain faktor yang disebutkan pada riset tersebut, ada pula hal lain yang menjadi indikator konsiderasi penjual. Bukan hanya membahas mengenai medium perpanjangan tangan terhadap konsumen ataupun kampanye yang dihadirkan setiap bulannya, akan tetapi juga meliputi bantuan dari hulu ke hilir.
Selaras dengan riset Ipsos yang dilakukan pada awal 2022 bertajuk ‘Persaingan E-Commerce di tengah Kemeriahan Akhir Tahun’, menyebutkan bahwa 44 persen responden menilai Shopee sebagai e-commerce yang memiliki peran terbesar dalam penyediaan edukasi, penyaluran dana, dan logistik, diikuti oleh Tokopedia (35 persen) dan Lazada (10 persen).
Selain itu, untuk mencapai kemajuan yang besar dari segi bisnis, tidak sedikit pelaku usaha sudah memperluas jangkauannya hingga ke pasar internasional. Hal ini terlihat dimana mayoritas pengguna e-commerce (55 persen) menilai Shopee sebagai platform yang memiliki andil besar dalam membantu UMKM untuk memasarkan produknya secara online dari lokal hingga ke ranah global.
Bagi pelaku usaha lokal yang sedang merintis bisnis, perputaran modal yang cepat diperlukan untuk kelancaran operasional dan produksi. Hal ini dialami oleh salah satu penjual online, Ahmad Supriadi.
Ahmad (22) yang merupakan mantan kernet angkot di Bandung, berhasil membangun bisnis online-nya dengan berjualan kaos dan sweater pria bernama Flower City.
Pria ini banting setir berjualan online setelah mendapatkan pinjaman modal sebesar 400 ribu rupiah dari sahabatnya. Bagi pengusaha dengan usia belia seperti Ahmad, perputaran modal merupakan hal paling utama agar dapat terus menjalankan bisnis, mulai dari membayar karyawan, membeli bahan, hingga membiayai kebutuhan operasional.
Perputaran modal dan pencairan dana penjualan yang cepat, menjadi salah satu alasan Ahmad terus membesarkan dan memusatkan penjualan toko onlinenya.
“Saya pilih jualan di Shopee karena emang jangkauannya paling luas di Indonesia dan cairin uang jualannya cepat, rata-rata hanya sehari dan kalau pilih jasa instan bahkan bisa cair dalam waktu hitungan jam saja kalau customer langsung konfirmasi pesanan diterima. Jadi modal juga muternya cepet, enak jualannya,” tuturnya.
Bisnis kaos polos Ahmad yang terus menanjak sempat menurun karena pandemi Covid-19. Bahkan saat mulai memutuskan untuk menjual produknya di awal pandemi, ia merasakan semuanya serba susah, orderan semakin berkurang dan uang untuk modal juga menipis.
"Dari situ saya sadar, harus mencari cara lain. Saat memutuskan mulai jualan online, saya coba pakai semua e-commerce. Tapi, kebanyakan pembeli saya belanjanya di Shopee. Akhirnya saya pilih untuk fokus jualan di Shopee karena memang bagi saya sudah paling enak dan nyaman di situ, terutama aksesnya gampang lewat handphone. Sejak bergabung bersama Shopee, jumlah pesanan saya bisa mencapai lebih dari 2.000 pesanan di hari-hari kampanye besar, dengan jumlah order harian yang stabil,” kata Ahmad.
Selain kemudahan yang diberikan dan perluasan jangkauan pasar, berbagai fitur inovatif yang ditawarkan juga dapat meningkatkan traffic dan konversi untuk perkembangan suatu bisnis. Saat ini fitur inovatif menjadi salah satu aspek persaingan di antara pemain e-commerce untuk meningkatkan daya tarik pengguna, salah satunya penjual.
Melalui fitur interaktif seperti Live Shopping hingga Short Video dapat memberikan kesempatan bagi penjual untuk memiliki interaksi proaktif dengan calon pembeli, semakin memperluas jangkauan produk, meningkatkan kepercayaan konsumen hingga meningkatkan daya tarik melalui konten kreatif dan inspiratif.
Keunggulan tidak hanya dirasakan oleh penjual akan tetapi mendapatkan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Fitur interaktif yang menjadi salah satu cara baru untuk berbelanja online telah membawa perubahan khususnya dalam kecenderungan perilaku belanja konsumen.
Berdasarkan riset Ninjavan 2022 di Asia Tenggara yang berjudul “Live Selling in Southeast Asia”, Shopee (27 persen) menjadi platform e commerce yang merajai Live Streaming, unggul dari Facebook (25,5 persen), lalu TikTok (22,5 persen) mengikuti di belakangnya.
Data lainnya dari Snapcart pada Desember 2022 menunjukkan sebanyak (30 persen) responden mengaku menyukai Shopee Live, diikuti Tiktok (30 persen), Shopee Video (23 persen), Tokopedia Play (7 persen), dan (1 persen) untuk BukaLive, LazLive dan LazadaFeed.
Melihat berbagai faktor yang mempengaruhi konsiderasi penjual saat memilih platform e-commerce untuk berjualan serta pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Shopee masih menjadi platform e-commerce nomor 1 pilihan penjual untuk berjualan online.
Hal ini khususnya dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan tidak hanya sebagai medium penghubung, tetapi juga program pendamping serta inovasi yang mempersiapkan penjual dari memulai, berkembang hingga membangun bisnis yang berkesinambungan.
Dari paparan di atas, tidak heran Shopee menjadi e-commerce nomor 1 pilihan penjual. Hal ini didukung oleh hasil riset yang dikeluarkan Ipsos pada awal 2022 terkait ‘Persaingan E-Commerce di Tengah Kemeriahan Akhir Tahun’.
Pada riset tersebut, terungkap Shopee masih unggul menduduki peringkat pertama pada dua indikator yaitu, indikator pangsa pasar jumlah transaksi (share of order), di mana Shopee juga berhasil mencatatkan pangsa pasar jumlah transaksi tertinggi dalam tiga bulan transaksi, yakni 41 persen, diikuti dengan Tokopedia (34 persen) dan Lazada (16 persen).
Selain itu, pada indikator pangsa pasar nilai transaksi, Shopee menduduki peringkat pertama dalam mencatatkan pangsa pasar nilai transaksi terbesar, yaitu 40 persen, jauh unggul dibandingkan dengan pemain e-commerce lain yaitu Tokopedia (30 persen) dan Lazada (16 persen).
Tidak berhenti di sini, kita masih ada di permulaan 2023. Adu daya tarik dan strategi masih sangat menarik untuk diperhatikan pada tahun ini. Di tengah situasi ini, para pemain e-commerce semakin bersemangat dan menggali potensi apa saja yang bisa ditawarkan terhadap penjual guna menciptakan ekosistem yang lebih matang.
(Fitria Dwi Astuti )