JAKARTA - China bersedia berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah utang negara-negara berpendapatan rendah.
Dikutip Antara, hal itu disampailan oleh Perdana Menteri Li Keqiang yang mengatakan China, kreditor bilateral terbesar di dunia, telah mengkritik pemberi pinjaman multilateral karena tidak menerima kerugian atau pemotongan atas pinjaman ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Sementara Beijing diminta melakukannya dengan kredit yang telah diperpanjang sendiri.
Dalam panggilan telepon dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, Li mengatakan masalah utang negara-negara berpenghasilan rendah membutuhkan partisipasi semua kreditur.
BACA JUGA:Ekonomi China Pulih, Harga Minyak Brent dan WTI Naik
China pun mendesak negara-negara Kelompok 20 (G20) bulan lalu untuk melakukan analisis yang adil, objektif, dan mendalam tentang penyebab masalah utang global.
Ini juga karena seruan kepada pemberi pinjaman untuk membantu negara-negara miskin, namun dengan menerima kerugian besar atas pinjaman mereka.
Diketahui, China adalah pemberi pinjaman utama bagi negara-negara dengan utang tinggi, seperti Ghana dan Zambia.
Zambia berutang kepada Beijing hampir USD6 miliar dari total utang luar negeri sebesar USD17 miliar pada akhir tahun 2021.
Adapun Ghana berutang kepada China USD1,7 miliar dari data International Institute of Finance, sebuah asosiasi perdagangan jasa keuangan yang berfokus pada pasar negara berkembang.
(Zuhirna Wulan Dilla)