Pelemahan yang terjadi di beberapa negara dan kawasan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, namun salah satu faktor yang saat ini cukup menjadi perhatian adalah tekanan inflasi di berbagai negara.
Pemulihan ekonomi yang cukup cepat disertai oleh disrupsi rantai pasok dan krisis energi akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina menyebabkan inflasi mengalami kenaikan inflasi yang cukup tinggi di berbagai negara pada tahun 2022 yang lalu.
"Akan tetapi secara gradual, inflasi kini mengalami penurunan. Inflasi AS yang dulu sempat menyentuh level 9%, kini mulai menurun di level 6,4%. Demikian pula inflasi di kawasan Eropa yang sempat menyentuh double digit kini juga sudah mengalami penurunan," jelas Didik.
Meskipun inflasi telah mengalami penurunan, akan tetapi kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral global masih belum berakhir.
Sebagaimana kita ketahui, The Fed masih terus melanjutkan kenaikan suku bunga acuan dengan di level terakhir 4,75%.
Pernyataan Gubernur The Fed masih cukup hawkish dan diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi.
Demikian pula dengan bank sentral Eropa dan Inggris yang juga diperkirakan masih melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuan.
(Zuhirna Wulan Dilla)