JAKARTA - Bisnis pay later saat ini di Indonesia semakin menjadi tren dan sangat berkembang. Pertumbuhan bisnis ini tidak terlepas dari kondisi dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang konsumtif.
Hal tersebut terungkap dalam data riset dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) pada tahun 2022.
Sementara itu, peningkatan ini juga diperkuat oleh sejumlah perusahaan pembiayaan yang menghadirkan layanan pay later sebagai opsi pembayaran.
General Manager Atome, Rizki Fadhilla Anwar mengungkapkan, sektor pay later saat ini semakin diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan banyak dari masyarakat menuntut pengalaman belanja yang lebih terintegrasi dengan tingkat kenyamanan dan personalisasi yang lebih tinggi.
"Kami merujuk pada data riset CELIOS di tahun lalu yang menyebutkan jika konsumsi rumah tangga di Indonesia masih besar atau mencapai 57% dari Produk Domestik Bruto (PDB), oleh karena itu metode pay later masih akan menarik perhatian masyarakat Indonesia,” ujar Rizki saat ditemui dalam acara temu media di Jakarta, Selasa (4/4/2023).
“Karena kebutuhan di Indonesia lumayan besar. Jadi pasarnya masih luas banget dan enggak bisa diwakili oleh satu atau dua company, karena konsepnya kredit,” lanjutnya.
Adapun kalangan yang menikmati metode pembayaran pay later ini yakni milenial maupun Gen Z. Sebab penggunaan kantong uang digital saat ini sudah menjadi kebisaan sehari-hari para generasi tersebut.
Potensi pay later di Indonesia dari tahun ke tahun seperti ladang hijau yang bagus untuk dikembangkan, melihat saat ini transaksi digital meningkat tajam. Begitupun dengan Atome.