JAKARTA — Perusahaan manufaktur AS, 3M Co (MMM.N) berencana pangkas 6.000 tenaga kerja secara global dalam putaran kedua pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini.
Langkah ini menyusul PHK terhadap 2.500 karyawan yang dilakukan pada Januari lalu.
BACA JUGA:
Adapun perusahaan menargetkan pemangkasan tenaga kerja hingga 10%.
PHK dilakukan untuk mengendalikan biaya di tengah melemahnya penjualan barang elektronik.
Dengan pemangkasan tersebut, 3M mengharapkan penghematan biaya hingga USD900 juta atau Rp13,4 triliun (asumsi kurs Rp14.941).
BACA JUGA:
"Dinamika pasar tampak beragam, tetapi 3M terus berhati-hati dalam mengelola biaya atau pengeluaran yang seharusnya, dan mendukung profitabilitas saat perusahaan menavigasi lingkungan makro yang lambat," ujar analis Citi, dilansir Reuters (25/4/2023)
Chief Financial Officer 3M, Monish Patolawala mengatakan, bisnis elektronik konsumen perusahaan turun 35% pada kuartal pertama.
Menurutnya, hal ini terjadi karena konsumen telah mengubah pola pengeluaran pada lebih banyak barang non-diskresioner dan pengecer telah secara agresif mengurangi tingkat inventaris mereka.
Sementara itu, permintaan barang manufaktur turun dalam beberapa bulan terakhir. Konsumen telah menghabiskan lebih sedikit untuk barang dan lebih banyak untuk pengalaman akhir-akhir ini, dan bisnis bersiap untuk mengantisipasi resesi.
Sehingga perusahaan akan mengalihkan fokusnya ke bisnis dengan pertumbuhan tinggi, termasuk elektrifikasi otomotif dan perbaikan rumah.
Perusahaan juga memprioritaskan sektor potensial seperti teknologi iklim dan produk elektronik generasi mendatang.
Keputusan PHK juga datang sebagai respon terhadap ekonomi yang tidak pasti seiring dengan kenaikan suku bunga dan inflasi yang sangat tinggi. Kondisi tersebut memaksa perusahaan AS menjadi lebih ramping dalam beberapa bulan terakhir.
Perusahaan yang berbasis di St. Paul, Minnesota melaporkan laba sebesar USD1,97 per saham untuk kuartal yang berakhir 31 Maret, di atas ekspektasi analis sebesar USD1,58 per saham, menurut Refinitiv.
Pendapatan tercatat sebesar USD8,03 miliar, melampaui perkiraan analis sebesar USD7,49 miliar.
(Zuhirna Wulan Dilla)