Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Indonesia Diterpa Suhu Panas Luar Biasa, Petani Khawatir Musim Panen Terganggu

Mutiara Oktaviana , Jurnalis-Rabu, 26 April 2023 |16:01 WIB
Indonesia Diterpa Suhu Panas Luar Biasa, Petani Khawatir Musim Panen Terganggu
Petani. (Foto: MPI)
A
A
A

JAKARTA - Suhu panas yang saat ini tengah dirasakan masyarakat Indonesia menjadi kekhawatiran banyak pihak. Salah satunya yakni para petani.

Dilansir BBC di Jakarta, Rabu (26/4/2023), para petani mengaku dalam tiga sampai empat hari terakhir cuaca terasa lebih panas dari biasanya.

 BACA JUGA:

“Panasnya luar biasa, panasnya luar biasa. Beda. Kita itu kalau di sawah itu kan, sampai jam 11, setengah 12 itu baru pulang, itu masih kuat. Tapi tiga-empat hari terakhir ini beda, panasnya beda,” kata petani bernama Joko Prianto kepada BBC News Indonesia.

Meski ada kekhawatiran soal musim kemarau yang mengganggu panen, Joko mengatakan bahwa panennya masih aman dan belum ada perubahan signifikan akibat cuaca tersebut.

Tapi dia tak memungkiri bahwa mulai khawatir saat mendengar kabar tentang gelombang panas yang melanda di Asia Selatan.

 BACA JUGA:

“Kalau memang kejadian, ya kita harus siap-siap. Kan seperti itu. Kita harus siap-siap. Karena kemungkinan besar kalau memang itu terjadi kan kemungkinan terburuk untuk petani gagal panen," ungkap Joko.

Dia pun mengantisipasi semakin panasnya cuaca serta musim kemarau yang akan datang dengan memastikan ketersediaan air yang ia butuhkan untuk memanen mencukupi untuk beberapa bulan ke depan.

Guru Besar IPB, Muhammad Firdaus, mengatakan bahwa sejak tahun lalu, sudah ada ramalan dari National Center for Environmental Predicition (NCEP) bahwa tahun ini akan terjadi fenomena El Nino.

 

Diketahui, bahwa El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Hal tersebut dapat memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Firdaus mengatakan El Nino dapat menyebabkan terjadinya musim kemarau yang luar biasa panas dan lebih lama jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Artinya bulan April-Mei pun sudah bisa terjadi kemarau biasa dan itu sudah setiap tahun. Nah tapi mungkin tahun ini, suhunya mungkin bisa lebih tinggi dari biasanya,“ kata Firdaus.

Sehingga dia menyarankan agar petani dan pemerintah bersiap-siap menghadapi musim kemarau tersebut. Sebab, sambungnya, asuransi pertanian tidak menanggung kerugian karena cuaca ekstrem.

Salah satu caranya adalah dengan membangun rumah kaca sederhana, yakni menggunakan bambu atau dan layar plastik tipis untuk screening tanaman.

“Jadi kalau kemaraunya itu sangat panjang ya kita bisa defisit, kalau misalnya dunia itu mengamankan cadangan, berarti harga kan naik udah pasti. Itu yang terjadi di 2008. Harga naik sampai dua kali lipat,“ ujarnya.

Ada pula seorang petani bernama Nurkila di Indramayu, Jawa Barat, mengatakan kalau dia dan para petani lainnya sedang bingung melihat kondisi iklim yang tengah terjadi.

Dia menyebut meski sekarang seharusnya mereka memasuki musim kekeringan seperti yang ia dengar dari petani petani lain yang tinggal di daerah daerah lain hujan lebat masih terjadi beberapa kali di Indramayu.

“Di Indramayu atau di Jawa Barat khususnya, ternyata masih banyak hujan. Nah itu tadi, dipengaruhi oleh menghangatnya permukaan laut. Sehingga ini, yang berlaku itu bukan dari prediksi iklimnya,“ jelas Nurkila.

Nurkila dan para petani lainnya mengumpulkan data dari analisa mereka dengan menghitung curah hujan untuk mencoba memprediksi kondisi iklim untuk panen mereka ke depan.

“Nanti kita evaluasi benar enggak nih? Akan terjadi kemarau panjang. Seperti itu prediksinya. Kita bisanya mencocokan dari informasi kemarau musiman yang telah dikirim ke kami dengan data yang kami miliki,” katanya.

Namun, berdasarkan data mereka sampai dengan bulan April, mereka tidak bisa mengatakan pasti akan seperti apa kondisi iklimnya.

“Jadi data yang terkumpul kalau menurut data yang kita miliki, ini memang benar ada pengaruh dari menghangatnya permukaan air laut. Karena hujannya tidak bisa diprediksi. Karena kita masih mendapatkan banyak hujan besar," lanjutnya.

“ Kalau melihat dari presentasenya 99%, itu sudah pasti [El Nino]. Tapi masih ada hujan itu. Dan kalau prediksi netralnya itu 50% itu bisa terjadi dan bisa tidak terjadi,” ungkapnya.

Kemudian, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan menjelaskan bahwa gelombang panas tidak berpotensi terjadi di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan wilayah geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan.

“Wilayah Indonesia ini secara bentuknya kepulauan yang diselingi oleh laut, dia sebagai unsur pendingin. Ibaratnya radiator, sehingga tidak dimungkinkan untuk penjalaran panas,” kata Dodo.

Menurutnya, wajar jika Indonesia kini mengalami cuaca panas. Sebab, sekarang negara sudah memasuki musim kemarau yang diprediksi akan berlanjut cukup lama.

Adapun Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati, mengatakan sejumlah Badan Meteorologi di sejumlah negara di kawasan Asia Selatan telah melaporkan suhu panas lebih dari 40°C.

”Lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini termasuk yang paling signifikan lonjakannya,” sambungnya.

Saat ini, suhu terpanas terekam di Kumarkhali, Bangladesh dengan suhu maksimum harian sebesar 51,2°C pada Senin, 17 April 2023 lalu.

Di Indonesia, suhu harian tertinggi masih berada di angka 37,2॰C di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pada pekan lalu.

Secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34॰C - 36॰C hingga saat ini.

Kini masyarakat diminta agar tidak panik dan tetap waspada.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement