BOGOR - Enno dan Habib tinggal di wilayah Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang masih terjaga kondisi alamnya. Oleh karena itu, mereka melihat peluang dengan membangun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) budidaya lebah untuk menghasilkan madu murni di sana cukup menjanjikan.
Pada 2017, usahanya itu dimulai di Desa Megamendung, Megamendung, Kabupaten Bogor. Di sana bukan hanya memanfaatkan potensi alam saja, tetapi juga melestarikan alam sekitar untuk mendukung budidaya lebah.
Oleh dikarenakan, dia harus menanam pohon-pohon kaliandra sebagai tempat lebah mencari makan. Sebab, lebah membutuhkan nektar dan polen dari bunga pohon tersebut.
"Kami harus menjaga alam sekitar agar lebah-lebah tetap produktif," ucap Eno belum lama ini.
Di sana Eno dan Habib tidak hanya berwirausaha berdua saja. Pasalnya, mereka mengajak anak muda sekitar untuk menjadi petani madu dan sebagai langkah meningkatkan perekonomian sekitar.

Menurutnya, menjadi petani madu cukup menjanjikan saat ini. Kondisi itu dilihat dari tinggi permintaan madu usahanya yang bernama HB Honey.
"Saya membuat kelompok tani yang namanya Saung Lebah Paseban. Kini ada 15 orang. Untuk permintaan memang sudah menembus sekitar 1.000 kilogram tetapi baru kami penuhi 60 kilogram madu," ucapnya.
Enno mengatakan usahanya itu berada di lahan 1 hektar dan akan dikembangkan 10 hektare lagi. Tujuannya agar geliat budidaya lebah makin besar dan bisa memenuhi permintaan pasar.
Oleh karena itu, kedua orang itu memutuskan meminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI untuk keperluan usaha. Namun, bukan hanya dapat bantuan permodalan, tetapi mereka juga dibina dari segi pemasaran.
"Saya sering diajak mengikuti bazaar BRI untuk mengenalkan produk HB Honey. Saya pun cukup antusias," ucapnya.
"Kami memang jual 100% madu murni. Harganya Rp300 ribu untuk satu kilogram. Untuk botolan dengan ukuran 250 gram dibanderol Rp100 ribu," tambahnya.
Dalam berwirausaha madu murni juga ada kendalanya yang mereka hadapi. Kendalanya itu saat musim panas melanda karena lebah-lebah akan mencari sarang baru.
Solusinya adalah sarang lebar tidak boleh dipanen dalam waktu bersamaan. Tujuannya agar lebar tidak pindah ke sarang dari luar tempat budidaya yang akan menimbulkan kerugian nantinya.
"Dalam satu tahun biasanya ada dua bulan kondisi seperti itu. Namun, kami sudah terbiasa menghadapinya," ucapnya.
Untuk pemasaran usahanya kini sudah menyasar di berbagai wilayah di Indonesia. Itu berkat pemasaran online, tetapi untuk membeli langsung di sana pun bisa.
(Dani Jumadil Akhir)