JAKARTA – Produk asing membanjiri pasar domestik semakin menekan sektor tekstil dalam negeri. Hal ini menjadi penyebab badai PHK yang terjadi beberapa bulan belakangan.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan pada gelombang PHK yang terjadi sebelumnya memang terjadi perlambatan penyerapan produk dalam negeri di pasar internasional hal itu lantaran daya beli masyarakat di negara tujuan juga mengalami pelemahan.
Namun demikian, seiring pelemahan daya beli masyarakat di beberapa negara tujuan itu membuat para produsen di negara tersebut juga mengalami over stok alias produknya juga tidak terserap. Hasilnya mereka juga mencari negara tujuan untuk menjual produk-produknya.
Menurut Gita salah satu pasar yang seksi dan menjadi incaran para produsen dari luar itu adalah Indonesia. Sebab belum ada larangan tegas yang mengatur pembatasan masuknya produk ke pasar domestik. Hasilnya para produsen lokal Indonesia harus bersaing dengan serbuan produk-produk impor.
"Sekarang sudah di pasar domestik yang menggerusnya, yang menekan, karena untuk yang ekspor terjadi di kuartal III - IV 2022, nah sekarang begitu China, Taiwan, mereka juga overatok, jadi mereka mencari market, sehingga market domestik ini dipenuhi oleh barang-barang impor," kata Gita dalam Market Review IDXChannel, Selasa (5/7/2023).
Gita menjelaskan kondisi demikian tentu akan mempengaruhi pada perlambatan penyerapan produk lokal di pasar domestik sendiri. Praktis membuat stok menumpuk dan mengurangi aktivitas produksi.