JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% pada kuartal II 2023. BPS melaporkan bahwa PDB Indonesia di triwulan II-2023 mencapai Rp5.226,7 triliun atas dasar harga berlaku (ADHB). Sementara itu, PDB RI atas dasar harga konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp3.075,7 triliun.
Di tengah melambatnya perekonomian global dan menurunnya harga komoditas ekspor unggulan, perekonomian Indonesia tumbuh solid sebesar 5,17% dan 5,11%. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menilai pertumbuhan ekonomi ini merupakan prestasi besar bagi RI.
“Pertumbuhan ekonomi kita yang tinggi dibandingkan negara-negara lain, ini prestasi besar,” kata Angela, Rabu (9/8/2023).
Berdasarkan catatan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan mayoritas negara dan kawasan, termasuk Vietnam, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan yang tumbuh masing-masing sebesar 4,1%, 0,6%, 2,6%, dan 0,9% (yoy) pada periode yang sama.
Dari sisi pengeluaran, kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional ditopang oleh konsumsi masyarakat yang tumbuh sebesar 5,23% (yoy). Daya beli masyarakat terus terjaga dengan tingkat inflasi yang terus menurun. Berbagai kebijakan bantuan sosial kepada masyarakat berpenghasilan rendah, pemberian THR dan gaji ke-13 serta Tunjangan Profesi Guru (TPG), serta kebijakan masa libur lebaran yang lebih panjang mampu mendorong aktivitas konsumsi masyarakat.
Aktivitas terkait penyelenggaraan Pemilu juga sudah mulai terlihat menguat, tercermin dari konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang mampu tumbuh 8,62% (yoy).
Peran APBN terbukti cukup signifikan dalam menopang kinerja pertumbuhan triwulan II 2023. Konsumsi pemerintah, yang mencakup belanja pegawai dan belanja barang, tumbuh sangat kuat 10,62%, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I-2023 sebesar 3,45%.
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) atau investasi pada triwulan II-2023 tumbuh 4,63% (yoy).
“Pertumbuhan investasi nasional terus menunjukkan perbaikan seiring dengan reformasi struktural yang terus digulirkan untuk menciptakan iklim investasi yang makin menarik. Pertumbuhan positif investasi juga didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, peralatan, dan mesin yang berarti aktivitas produksi terus kuat,” papar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu di Jakarta.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)