Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah KH Samanhudi, Pengusaha Batik yang Rela Korbankan Harta Demi Terwujudnya Kemerdekaan

Kharisma Rizkika Rahmawati , Jurnalis-Senin, 14 Agustus 2023 |08:05 WIB
Kisah KH Samanhudi, Pengusaha Batik yang Rela Korbankan Harta Demi Terwujudnya Kemerdekaan
Kisah KH Samanhudi, Pengusaha Batik yang Rela Berkorban untuk Kemerdekaan Indonesia. (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA – KH Samanhudi dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang ikut serta memperjuangkan kemerdekaan Tanah Air.

Lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah pada 1868, Samanhudi yang memiliki nama Sudarno Nadi ini merupakan pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) yakni organisasi di Indonesia yang menyediakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta.

Dia adalah pengusaha batik ternama di Surakarta dan memiliki keahlian yang baik dalam mempelajari agama islam hingga dikenal sebagai Kiai Haji Samanhudi.

Mengutip Ensiklopedia Pahlawan Nasional di Jakarta, Senin (14/8/2023), Samanhudi diketahui pernah menimba ilmu di sejumlah pesantren. Di antaranya, Pondok Pesantren KM Sayuthy (Ciawigebang), Pondok Pesantren KH Abdur Rozak (Cipancur), Pondok Pesantren Sarajaya (Kab Cirebon), Pondok Pesantren di Kab Tegal, Jateng, Pondok Pesantren Ciwaringin (Kab. Cirebon) dan Pontren KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya).

Ada satu guru yang sangat disukai Samanhudi, yakni Asysyahid K.H. Zainal Mushtofa yang juga merupakan Pahlawan Nasional. Dia banyak bercerita tentang kisah heroik perjuangan gurunya yang satu ini saat dirinya berjuang melawan penjajah Jepang hingga beliau gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa di depan regu tembak serdadu Jepang ketika makbaroh gurunya ini telah dipindahkan ke Taman Pahlawan Sukamanah, Tasikmalaya.

Pada zaman memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, KH Samanhudi ikut serta dalam perjuangan dengan mendirikan kelompok-kelompok pejuang. Dia juga memberikan bahan makanan kepada para pejuang yang bertempur di garis terdepan.

saudagar

Saat itu, memberi dukungan pada perjuangan kemerdekaan dianggap sebagai bentuk pemberontakan oleh pemerintah Belanda.

Namun, KH Samanhudi tidak gentar dan siap mempertaruhkan jiwa raganya demi tercapainya kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, dia bahkan rela mengorbankan harta yang dimilikinya.

Karena hal tersebut, KH Samanhudi dianggap sebagai pahlawan nasional pada tahun 1961.

Selain itu, KH Samanhudi memiliki media perjuangan bernama Taman Pewarta untuk memperluas informasi mengenai organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin hingga 1912.

Dituliskan dalam buku Api Sejarah karya Ahmad Mansur Suryanegara bahwa Taman Pewarta bertahan selama 13 tahun sejak 1902-1915. Berarti Taman Pewarta sudah ada lebih dahulu dibandingkan Sarekat Dagang Islam yang baru dibentuk 16 Oktober 1905 dan berubah nama menjadi Sarekat Islam pada 1906.

Sebuah media bisa bertahan selama 13 tahun pada masa kolonial Belanda, tentu menjadi sebuah prestasi yang layak diberikan apresiasi. “Perlu diperhatikan, bahwa buletin Taman Pewarta ini bisa bertahan selama 13 tahun, karena isinya yang Islami dan merakyat. Adapun buletin lawannya berumur pendek karena dikonsumsi oleh kalangan terbatas, yakni kaum priyayi.” (Ahmad Mansur Suryanegara 2009: 314).

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement