JAKARTA - Harga beras melonjak. Bahkan sejumlah warga di Afrika diprediksi tak lagi mampu memberi pangan utama ini.
Penjual Beras Francis Ndege mengaku tidak yakin apakah pelanggannya di daerah kumuh terbesar di Afrika mampu terus membeli beras dari tokonya atau tidak.
Pasalnya harga beras di Kenya melonjak beberapa waktu lalu karena harga pupuk yang lebih tinggi dan kekeringan selama bertahun-tahun di kawasan Tanduk Afrika telah mengurangi produksi.
Hal ini bertambah berat karena beras murah yang diimpor dari India mengalami pembatasan pengiriman.
Padahal beras tersebut untuk memberi makan ratusan ribu penduduk di daerah kumuh Kibera di Nairobi yang bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari USD2 atau sekitara Rp30 ribu per hari.
Tapi semua itu kini berubah. Harga sekantong beras seberat 25 kilogram telah naik sekitar seperlima sejak bulan Juni, dari setara dengan USD14 atau setara Rp210 ribu menjadi USD18 atau sekitara Rp270 ribu).
"Saya sangat berharap bahwa impor (beras) akan tetap berjalan," kata Ndege, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (24/8/2023).
Langkah tersebut merupakan upaya yang dilakukan negara dengan populasi terbesar di dunia itu untuk mengendalikan harga dalam negeri menjelang tahun pemilu. Namun hal itu masih menyisakan kesenjangan sebesar 10,4 ton beras yang dibutuhkan masyarakat di seluruh dunia, atau sekitar seperlima dari kebutuhan ekspor global.
Keamanan pangan global kini tengah terancam sejak Rusia menghentikan kesepakatan yang membolehkan Ukraina mengekspor gandum. Fenomena cuaca El Nino juga berdampak pada produksi beras.
Saat ini, harga beras sedang melonjak. Harga ekspor beras Vietnam misalnya telah mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Hal ini menempatkan masyarakat yang paling rentan di beberapa negara termiskin berada dalam risiko.
"Dunia berada pada titik perubahan, kata Pejabat Sumber Daya Alam Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Beau Damen.
Bahkan sebelum India memberlakukan pembatasan, banyak negara yang membeli beras dengan panik untuk mengantisipasi kelangkaan ketika El Nino melanda, sehingga menyebabkan krisis pasokan dan melonjaknya harga.
Konsumsi beras di Afrika terus meningkat, dan banyak negara di benua tersebut sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhannya. Sejumlah negara dengan populasi yang terus berkembang seperti Senegal telah berupaya untuk memproduksi berasnya sendiri, namun masih banyak yang menemui kesulitan dalam prosesnya.
(Dani Jumadil Akhir)