JAKARTA - India menghentikan ekspor beras. Keputusan ini pun berdampak sangat besar karena India merupakan pengekspor beras terbesar di dunia.
Dampak pelarangan ini adalah harga beras secara global menjadi lebih tinggi. Kemudian kebijakan itu menimbulkan kesenjangan sekitar 9,5 juta metrik ton atau 10,4 juta ton beras yang dibutuhkan masyarakat di seluruh dunia, kira-kira seperlima dari ekspor global.
Lalu imbas keputusan India, penggilingan padi di Nigeria tutup. Pasalnya Nigeria merupakan salah satu negara yang selama ini mengimpor beras dari India.
Menurut Administrasi Perdagangan Internasional, Nigeria bergantung pada impor sekitar 1,7 juta metrik ton beras setengah jadi setiap tahunnya untuk memenuhi permintaan domestik.
Hasil penelitian Observatory of Economic Complexity pada tahun 2022, menunjukkan Nigeria mengimpor beras terutama dari India. Saat India menghentikan ekspor beras non-basmati, banyak penggilingan beras tutup, setidaknya untuk sementara waktu.
Seorang pemilik penggilingan padi Muhammad Salisu Kura mengatakan larangan ekspor beras India ke Nigeria sangat berdampak.
“Larangan ekspor beras India ke Nigeria memengaruhi kami, ketiadaan beras India telah menyebabkan kekurangan beras yang ditanam secara lokal. Jumlah penggilingan padi tidak mencukupi, sehingga menyebabkan harga beras yang belum digiling melambung tinggi," ujarnya, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (31/8/2023).
Sementara itu, Pakar Dewan Penelitian India Untuk Hubungan Ekonomi Internasional Prof Ashok Gulati mengatakan, perubahan kebijakan India yang berulang-ulang menjadikan posisinya sebagai eksportir tidak dapat diandalkan.
"Kebijakan mengizinkan dan menghentikan ekspor beras ini membuat India menjadi eksportir yang tidak dapat diandalkan. Dan hal ini tidak baik untuk bisnis ekspor, karena dari sudut pandang eksportir, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan pasar-pasar ini. Apalagi ketika ada larangan tiba-tiba di negara-negara pengimpor kecil, maka India akan menghadapi banyak masalah karena harga-harga melonjak," ujarnya.
Selain itu, ketahanan pangan global semakin terancam sejak Rusia menghentikan kesepakatan yang mengizinkan Ukraina mengekspor gandum dan fenomena cuaca El Nino menghambat produksi beras.
Kini, harga beras melonjak. Harga ekspor beras Vietnam, misalnya, telah mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun terakhir sehingga membuat orang-orang yang paling rentan di beberapa negara termiskin terancam.