JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan investasi global melalui penyimpanan emisi karbon secara permanen melalui teknologi Carbon Capture Storage (CCS) telah mencapai USD6,4 miliar atau setara Rp18,4 triliun (asumsi kurs Rp 15.352 per USD).
Teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS) merupakan teknologi yang sangat efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penangkapan karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik, lalu menyimpannya dengan aman di bawah tanah.
"Investasi global baru-baru ini di CCS telah mencapai USD6,4 miliar dan Asia memberikan kontribusi sebesar USD1,2 miliar. Indonesia siap menjadi bagian utama dari investasi teknologi ini," katanya dalam CCS Forum 2023, Senin (11/9/2023).
Luhut menuturkan Indonesia memiliki potensi dan peluang besar dalam penyimpanan emisi karbon secara permanen melalui teknologi Carbon Capture Storage (CCS).
Hal tersebut lantaran potensi penyimpanan di Indonesia saat ini, yang diperkirakan mencapai 400 Giga Ton dan ini akan menghadirkan peluang bisnis dan investasi yang signifikan di negara ini.
Sektor CCS berkembang pesat, menawarkan investor peluang untuk menjadi yang terdepan dalam industri revolusioner yang menjanjikan keuntungan finansial jangka panjang sekaligus memenuhi tanggung jawab zero emission sebagai izin berinvestasi bagi industri global.
Lebih lanjut, Menko Luhut menambahkan bahwa pengembangan pusat CCS di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar karena wilayah ini memiliki sumber daya yang diperlukan dari lokasi penyimpanan CO2 dan lokasi industri yang berdekatan, termasuk mitra dari industri Asia Timur untuk transportasi karbon internasional.
"Penerapan pajak karbon regional juga memberikan dorongan ekonomi pada proyek ini. Fasilitas minyak dan gas yang ada mulai dari Aceh, Utara Jawa, Kalimantan, dan pengembangan terbaru di Papua secara teknis layak untuk pengoperasian CCS. Dengan mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita dapat memanfaatkan potensi penuh CCS untuk mewujudkan masa depan berkelanjutan di Asia Tenggara," ujarnya.
(Taufik Fajar)