Perekonomian juga tumbuh lebih kuat dari perkiraan pada kuartal kedua tahun ini, berkat permintaan domestik yang kuat.
Meskipun terjadi arus keluar modal dari pasar keuangan Indonesia karena The Fed kembali menaikkan suku bunga pada FOMC bulan Juli lalu, Indonesia mempertahankan surplus perdagangan yang lebih tinggi pada bulan Agustus 2023 dibandingkan dengan bulan Juli 2023.
"Pada bulan Agustus 2023, surplus perdagangan Indonesia mencapai USD3,12 miliar, peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan surplus USD1,29 miliar yang tercatat pada bulan Juli," ungkap Riefky.
Hal ini sekaligus menandakan 40 bulan surplus berturut-turut, catatan yang ditorehkan sejak Mei 2020. "Meski demikian, penting untuk dicatat bahwa ekspor mengalami penurunan sebesar USD5 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terutama akibat penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia," sambungnya.
Selain itu, Rupiah juga tercatat sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara berkembang. Oleh karena itu, kecukupan devisa menjadi lebih tinggi sehingga mampu membantu menstabilkan nilai tukar tanpa menimbulkan desakan bagi BI untuk mengubah tingkat suku bunga.
"Secara keseluruhan, kami melihat bahwa BI sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75% dengan tetap memantau stabilitas Rupiah dan menjaga harga domestik," pungkas Riefky.
(Taufik Fajar)