Kendati masih menempati urutan ke-8, Trenggono mengatakan dengan nilai USD1,2 miliar dan berkontribusi 5,3%, nilai ekspor Indonesia meningkat 28% dibanding tahun 2021.
"Pertumbuhan ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor ke China," ungkapnya.
Senada, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo menjabarkan selama periode Januari-September tahun 2023, nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Tiongkok mencapai USD790 juta.
Ekspor tersebut didominasi Rumput Laut sebesar USD259 Juta atau 32,8%, Cumi-Sotong-Gurita USD223 juta (28,2%), dan Udang sebesar USD84 juta (10,6%).
Berikutnya Kepiting USD39 juta, Layur-Gulama USD28 juta, Bawal USD10 juta, serta Tuna-Cakalang dan Ikan Hias masing-masing USD9 juta.
"Komoditas ekspor Indonesia yang mengalami tren positif di pasar China antara lain: Cumi-Sotong-Gurita, Udang, Layur-Gulama, Bawal, Tuna-Cakalang, Ikan Hias, Ubur-Ubur, dan Bandeng," jelas Budi.
Rencananya, komoditas perikanan yang diekspor PT. Menara Bahari Nusantara, pengguna jasa cold storage di Muara Baru ini sebanyak 7.000 ton atau senilai Rp409,7 miliar. Adapun kegiatan ini menjadi pembuka ekspor, lantaran perusahaan ini telah melakukan kontrak dagang dengan buyer China, Fujian Changshun Invesment Development Co., Ltd.
"Alhamdulillah eksportir ini telah memenuhi persyaratan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) dan HACCP, serta telah memiliki Register Number ekspor ke Tiongkok," terang Budi.
Melalui ekspor ini, Budi berharap penggunaan cold storage bisa lebih dimaksimalkan, terutama dalam mendukung keberpihakan penangkapan ikan terukur. Terlebih jelang peringatan Harkannas tahun ini, KKP menggaungkan ikan berkelanjutan untuk generasi emas.
"Ikan yang ditangkap kualitasnya akan terjaga dengan disimpan di cold storage ini, dan juga akan memberikan jaminan ketersediaan pasokan secara kontinyu ," tutupnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)