Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

4 Tantangan Hilirisasi yang Siap Dihadapi Ganjar Pranowo

Nasya Emmanuela Lilipaly , Jurnalis-Jum'at, 24 November 2023 |17:47 WIB
4 Tantangan Hilirisasi yang Siap Dihadapi Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo siap sukseskan hilirisasi (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – 4 tantangan hilirisasi yang siap dihadapi Calon Presiden Ganjar Pranowo. Dia menyampaikan bahwa proses hilirisasi komoditas di Indonesia telah berjalan efisien dan baik.

Sebagai contoh, Ganjar merujuk pada hilirisasi nikel yang telah meningkatkan potensi nilai tambah, mengubah bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel.

"Hilirisasi telah berjalan dengan baik, terutama dalam konteks nikel. Namun, fokus saat ini terbatas pada nikel saja, padahal masih banyak material lain yang dapat dihilirisasi dari sumber daya yang kita miliki," ungkap Ganjar dalam acara "Rembuk Ide Transisi Energi Berkeadilan: Menelaah Gagasan dan Komitmen Calon Pemimpin Indonesia", dikutip Jumat (24/11/2023).

Ganjar menyatakan bahwa jika Ia terpilih menjadi Presiden, ia akan menyelesaikan proses hilirisasi tersebut. Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan ekosistem industri stainless steel dengan peningkatan potensi nilai tambah dari bijih nikel menjadi feronikel dan billet stainless steel. Selain itu, produk hasil hilirisasi nikel juga menjadi bahan baku dalam produksi baterai Electric Vehicle (EV).

"Apakah kita sudah mencapai produksi baterai? Oleh karena itu, tugas saya adalah menyelesaikan proses hilirisasi ini hingga selesai," ungkap Ganjar.

“Setelah itu, pekerjaan rumah (PR) selanjutnya adalah melakukan hilirisasi di berbagai sektor, termasuk pertanian, perkebunan, kelautan, dan sektor digital. Semua sektor tersebut perlu mengalami hilirisasi," tambah Ganjar. Oleh karena itu, Ganjar menegaskan bahwa ia tidak akan menghentikan upaya hilirisasi.

Ganjar mengungkapkan bahwa ia sering berdiskusi dengan Jokowi. Diskusi ini terjadi sebelum ia maju sebagai Calon Presiden dalam Pemilihan Presiden 2024. Diskusi tersebut melibatkan berbagai topik, termasuk hilirisasi dan perbaikan birokrasi.

"Saat saya memutuskan untuk maju sebagai Capres, diskusi awal saya bersama Pak Jokowi sangat panjang. Sampai pada suatu titik, kami menyadari pentingnya kelangsungan. Diskusi mencakup topik seperti birokrasi bersih, hilirisasi, pertumbuhan ekonomi, strategi percepatan pembangunan, dan lainnya. Kami telah melakukan diskusi ini selama 2 tahun," ujar Ganjar.

Terkait hilirisasi, Ganjar menekankan pentingnya mitigasi untuk menentukan prioritas pelaksanaannya. Sebagai contoh, jika infrastruktur untuk teknologi informasi (IT) di Indonesia sudah baik, maka hilirisasi industri digital dapat menjadi prioritas utama.

"Ini berarti industri kreatif dapat berkembang. Dengan begitu, kita dapat berpotensi meningkatkan ekonomi melalui sektor kreatif, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam. Ini merupakan upaya penghematan untuk generasi mendatang, sementara peneliti bekerja pada solusi yang lebih baik dalam mengelola sumber daya," tambah Ganjar.

Tantangan Hilirisasi

Bicara soal proses hilirisasi, tentunya tidak selalu harus membahas soal keuntungan dan apa saja komoditasnya. Namun kita juga wajib untuk membahas apa saja tantangan dalam proses hilirisasi tersebut.

Menteri Penindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa ada 4 tantangan yang akan dihadapi dalam rangka program hilirisasi industri, di antaranya:

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Agus Gumiwang menyatakan bahwa setiap tahun diperlukan sekitar 16.000 tenaga kerja baru untuk mendukung program hilirisasi.

Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (21/12/2022).

"Tantangan yang dihadapi dalam implementasi program hilirisasi adalah kebutuhan akan sumber daya manusia yang kompeten, dengan kapasitas dan kapabilitas yang memadai. Setiap tahun, diperlukan setidaknya 16.000 tenaga kerja baru untuk mengisi sektor manufaktur, termasuk dalam upaya hilirisasi ini," ujar Agus

2. Insentif untuk Investor

Tantangan kedua yang dihadapi adalah berkaitan dengan pemberian insentif. Menurutnya, diperlukan insentif untuk menarik minat para investor.

"Kita perlu menjadi ramah bagi investor dan pasar. Hal yang paling penting adalah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain, untuk mengetahui jenis kebijakan apa yang telah diterapkan oleh negara lain guna mendukung pertumbuhan sektor manufaktur di negara mereka masing-masing," ungkapnya.

3. Perluasan Kerjasama Internasional

Tantangan ketiga dalam proses hilirisasi adalah perluasan kerja sama internasional dengan harapan dapat membuka peluang baru dalam pasar ekspor.

“Pemerintah saat ini memiliki dua negara sebagai target pasar ekspor, yaitu Eropa dan Afrika.

Sebagai contoh, pemerintah melakukan pertemuan di Brussel, di mana banyak perbincangan terkait perjanjian atau FDA IU-CEPA yang diharapkan memberikan manfaat besar terutama untuk industri manufaktur. Hal ini diharapkan dapat mempermudah ekspor ke pasar Eropa yang memiliki potensi besar. Selain itu, pasar Afrika juga dianggap sebagai pasar non-tradisional yang perlu dieksploitasi dengan serius," ungkap Agus.

4. Tekanan dari Negara Luar

Tantangan keempat proses hilirisasi melibatkan tekanan dari negara-negara asing, terutama dalam konteks perdagangan. Contohnya ketika keputusan pemerintah untuk menghentikan ekspor nikel dihadapi gugatan dari Uni Eropa (UE) di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengundang tekanan dari pihak asing.

"Sebagai contoh, dalam kasus nikel, kita dihadapkan pada gugatan di WTO oleh UE. Meskipun kita kalah dan sedang mengajukan banding, hal ini tidak menghentikan program hilirisasi nikel kita. Kami tetap melanjutkan langkah ini dengan tekad untuk menjaga kedaulatan negara," ungkap Agus.

Demikian 4 tantangan hilirisasi industri yang wajib untuk diselesaikan oleh Ganjar Pranowo apabila Ia terpilih menjadi Presiden pada tahun 2024 nanti.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement