Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Perajin Bali Sulap Kayu Durian Jadi Ukiran Cantik, Sudah Dijual hingga Eropa

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Selasa, 27 Februari 2024 |14:38 WIB
Perajin Bali Sulap Kayu Durian Jadi Ukiran Cantik, Sudah Dijual hingga Eropa
Kerajinan ukir asal Bali tembus pasar Eropa (Foto: Okezone)
A
A
A

 

BALI - Di tangan perajin asal Bali, tumpukan kayu pohon durian bisa disulap menjadi ukiran yang cantik. Bahkan bingkai ukiran ini diminati turis mancanegara yang berasal dari Eropa.

Cerita ini dibagikan salah satu perajin kayu Wayan Sudarsana di Ubud, Gianyar kepada Okezone. Dia pun bercerita soal sulitnya membangun bisnis saat pandemi Covid-19.

Pukulan besar bagi sektor Pariwisata Bali sejak 2020 juga berdampak pada bisnis Wayan. Generasi ketiga dari usaha pembuatan bingkai kayu berseni pahat di Desa Kokokan ini pun mengaku kehilangan banyak pekerja saat covid.

Wayan bilang, pekerjanya hanya tersisa 10 orang dari sebelumnya 30 orang. Tak menyerah, pria 43 tahun ini tetap melanjutkan bisnis yang sudah ditekuni sejak lama.

"Saya generasi ketiga. Usaha ini sudah turun menurun. Mayoritas pekerjaan orang disini ya begini (ukir kayu)," kata dia, ditulis Selasa (27/2/2024).

Gaya khas ukiran Bali, kata Wayan, sudah dinikmati hingga pasar mancanegara. Umumnya para turis langsung membeli di pinggir-pinggir jalan besar.

"Kita ekspor ke Eropa dan Amerika. Tapi pembeli masih banyak lokal, kita belum ada ke luar Jawa," kata dia.

Saat ini, dirinya menerima pesanan ukiran untuk frame kaca. Untuk pembuatan frame kaca, Wayan mengaku menggunakan pohon durian.

"Desain biasanya bawa sendiri samplenya. Kita bikin dulu satu, kalau cocok baru kita lanjutkan prosesnya. Untuk harga, frame dengan ukuran kecil Rp180 ribu, yang besar Rp300 ribu," ujar dia.

Bangkit dari pandemi, kini bingkai-bingkai yang dia buat dan jual mulai kembali menghasilkan omzet cukup besar. Dia mengaku mendapat Rp40 juta per bulan.

"Satu bulan minimal bisa mendapatkan Rp40 juta dengan margin keuntungan bersih 25%. Biaya terbesar ada di bahan baku kayu pohon durian, sisanya untuk pekerja dan saya," kata dia.

Menurutnya, kebutuhan modal menjadi hal yang paling dibutuhkan saat bangkit dari pandemi covid. Dia mengaku mendapatkan akses modal dari salah satu bank BUMN.

"Awal diberi kredit Rp25 juta, seiring tahun pelan-pelan naik ke Rp500 juta, tapi saat pandemi turun jadi Rp200 juta karena modal sudah hampir habis, omzet menurun," kata dia.

Dia pun mengaku tenang karena upaya untuk memulihkan usaha bingkainya terbantu oleh entitas BUMN lainnya, Askrindo. Wayan bilang, penjaminan pinjaman dari Askrindo membuat bisnisnya yang meminjam modal uang ratusan juta ke bank, bisa dijalani dengan lebih aman.

"Pinjaman untuk UMKM saya sebenarnya sudah sejak 2018 dijamin oleh Askrindo, jadi saat pinjam modal ke bank ketika pandemi tak punya modal, saya lebih tenang," ujar dia.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement