JAKARTA - Perusahaan raksasa teknologi dan elektronik asal Jepang, Toshiba, dikabarkan bangkrut. Kabar bangkrutnya Toshiba semakin menguat setelah Toshiba resmi delisting dari bursa saham Tokyo sejak Desember 2023.
Perusahaan yang dikenal dengan produksi laptop dan barang elektroniknya ini bahkan dikabarkan memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
Dikutip dari BBC, upaya mundurnya Toshiba dari bursa saham setelah melantai selama 74 tahun ini dilakukan usai konsorsium yang dipimpin oleh Japan Industrial Partners (JIP) memborong 78,65 persen perusahaan tersebut.
Jika Toshiba benar gulung tikar, lantas bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia?
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, mengatakan dampak kebangkrutan Toshiba terhadap ekonomi Tanah Air tergantung pada kekuatan perusahaan di pasar dalam negeri. Kekuatan yang dimaksud berupa investasi dan jumlah karyawan.
Dia mencontohkan, bila investasi Toshiba di Indonesia bernilai fantastis dengan kepemilikan karyawan hingga puluhan ribu orang, maka gagalnya bisnis perusahaan memberi dampak investasi bagi Indonesia.
“Kalau dampak nasional saya kira tergantung nanti, seberapa jauh efeknya ke, apakah selanjutnya akan ada penutupan atau ada apa? Justru kan Toshiba, Panasonic sendiri kan sudah dibeli kalau enggak salah ya oleh perusahaan, kalau gak salah ada investor luar yang masuk di tahun lalu,” ujar Tauhid saat dimintai pendapatnya, Jumat (1/3/2024).
Sebaliknya, jumlah karyawan hingga nilai investasi yang tergolong kecil, maka kebangkuratan Toshiba tidak begitu berarti bagi Indonesia.
Produk Toshiba di pasar Tanah Air memang mulai berguguran, lantaran kalah bersaing dengan produk impor serupa dari negara yang berbeda, seperti China dan Korea Selatan (Korsel).
“Uda mulai kalah, produk Televisi sudah nggak, sudah mulai berguguran dengan produk-produk Korea ya, Samsung dan sebagainya. Sebenarnya dia kalah oleh persaingan begitu,” beber dia.
Tauhid juga memandang, bila raksasa teknologi dan elektronik itu diakuisisi oleh perusahaan lain, maka tidak ada dampak yang yang perlu dikhawatirkan bagi Indonesia.
“Nah, kalau dipengaruhi investor luar menurut saya sih gak worry soal itu dampak ke ekonomi nasional. Toshiba kan tergantung karyawannya ada berapa, dan kekuatan di Indonesia, baru kita hitung dampak investasinya. Tapi kalau dia diambil alih oleh pelaku bisnis lainnya dampaknya relatif kecil,” kata Tauhid.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)