JAKARTA - Walau kerap diungkap oleh Kepolisian, peredaran uang palsu tetap masih ada. Karena itu, masyarakat harus waspada terhadap uang palsu tersebut.
Sebagai agen BRILink, Dwi Indrawati harus sigap mengantisipasi masalah ini. Untuk itu, dia pun tidak ragu merogoh koceknya untuk membeli alat deteksi uang palsu.
"Saya beli alatnya, yang menggunakan sinar ultraviolet," ungkap Dwi kepada Okezone di gerainya di Kabupaten Bogor.
BACA JUGA:
Langkah dia membeli alat tersebut dilatarbelakangi oleh pengalamannya yang pernah tertipu uang palsu tersebut. "Saya pernah tertipu. Tidak banyak memang, terselip di antara tumpukan uang. Pas enggeh, orangnya sudah tidak ada," jelas dia.
Karena itu, dia pun meningkatkan kewaspadaannya terhadap uang palsu tersebut. Kini, dia selalu menekankan untuk meneliti uang satu persatu sebelum transaksi dilakukan.
"Termasuk uang karyawan yang jaga gerai juga," ucap dia yang kini sudah memiliki 2 gerai Agen BRILink.
BACA JUGA:
Terkait peredaran uang palsu yang meresahkan ini, Head of Department Micro Ecosystem BRI RO Jakarta 2, Wahyu Juwita menuturkan jika pihaknya juga selalu aktif memberikan edukasi agar para agen BRILink mewaspadai hal tersebut.
"Kita ada edukasi ke agen-agen BRILink," ungkap dia.
Imbauan juga kerap dilakukan oleh BRI. Juwita juga selalu menekankan agar para agen selalu meneliti uang Rupiah yang digunakan nasabah dalam bertransaksi.
"Misal ada uang, cek dulu uangnya. Baru transaksi," ungkap dia.
Bank Indonesia (BI) melakukan penghitungan terkait rasio temuan jumlah uang palsu berbanding dengan uang yang dikeluarkan. Di mana Setiap 1 juta lembar, berapa uang palsu yang ditemukan.
Hasilnya, dalam beberapa tahun terakhir, tren peredaran uang palsu menurun. Misalnya pada 2020, uang palsu yang ditemukan 8 lembar per 1 juta lembar uang yang dikeluarkan.
Angkanya menyusut menjadi 4 lembar per 1 juta lembar pada 2021-2022. Rasionya terus menurun menjadi 3 lembar per 1 juta lembar hingga Agustus 2023.