BOGOR - Mempertahankan sebuah bisnis memang tidak semudah membangun dari awal. Itu nyatanya yang dirasakan wanita asal Bogor Nuryahati dalam memperjuangkan dodol warisan bisnis keluarganya yang sudah melegenda di Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Di Jalan Panji, Bojonggede, Kabupaten Bogor yang hanya didapat dilalui satu buah mobil terdapat beberapa tempat produksi dodol. Namun, cikal bakal dodol di sana berasal dari dodol D’Tungku Hajjah Muhayya milik ibunya.
Nurhayati menceritakan di rumah tua milik keluarganya yang menjadi tempat produksi dodol selalu panas pagi sampai siang meskipun udara di sekitarnya sejuk. Pasalnya, di sana saat-saat itu beberapa tungku kayu bakar terus memproduksi dodol untuk memenuhi permintaan pasar.
"Usaha dodol ini sejak 1950an, lalu diteruskan ibu saya sejak 1985," kata Nurhayati saat ditemui Okezone.com belum lama ini.
Pada 2021, Nurhayati baru diberikan tanggung jawab besar untuk melanjutkan usahanya itu yang sudah punya nama besar. Dia pun awalnya menarik napas dalam untuk menenangkan diri agar siap dengan hal itu.
Wanita berusia 37 tahun itu memang awalnya tidak tertarik terjun dalam usaha itu. Oleh dikarenakan, dia fokus menjadi guru madrasah ibtidaiyah (MI) di Bojonggede.
Akan tetapi, setelah berpikir berulang kali akhirnya memutuskan melanjutkan usaha tersebut. Menurutnya, jika usahanya itu tidak dilanjutkan pasti akan membuat orang tuanya kecewa dan pelanggan pasti bingung mencari pengganti dodol D'Tungku.
"Setelah dipikir-pikir, siapa lagi yang mau nerusin usaha ini. Setelah terjun bisnis dodol ternyata enak saja, tidak menyita waktu juga," ucapnya.
BACA JUGA:
Dodol produksinya dijual dengan harga Rp50 ribu untuk satu kilogramnya. Dia nilai harga itu cukup layak dengan proses panjang pembuatan dodol dan tingginya harga bahan baku saat ini.
"Kami mampu menjual 108 kilogram dodol dalam satu minggu,” katanya.
Suka dan Duka Lanjutkan Usaha Dodol
Nurhayati membenarkan untuk mempertahankan usaha sangat sulit karena butuh kesungguhan dan niat yang kuat. Jadi, dia berusaha keras mempertahankan usaha itu dan sambil memikirkan untuk mengembangkan ke depan.
"Kalau memperjuangkan dari awal, pasti menjalani prosesnya sambil mendapatkan pengalaman untuk mencapai kesuksesan. Kalau mempertahankan, agak berat karena sudah ada hasil sebelumnya," katanya.
Dia nilai kondisi saat ini pun lebih berat karena dihadapkan dengan persaingan usaha saat ini yang cukup ketat. Oleh dikarenakan, saat ini terus menjamur usaha-usaha dodol di lokasi lainnya di luar Bojonggede.
"Banyak persaingan, apalagi dodol bukan kebutuhan pokok karena hanya untuk acara-acara tertentu, misal hajatan, lebaran betawi, ramadhan dan lain-lain," ujarnya.
Nurhayati menyatakan yang menyenangkan dalam usahanya itu saat pelanggan terus meningkat. Tentunya hal itu menandakan usahanya dapat berkembang.
"Saat ini sudah ada 25 reseller yang tersebar di wilayah Jabodetabek," ujarnya.