JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan berbagai tantangan pengembangan mobil listrik di Indonesia. Di mana saat ini, dalam tahap transisi kendaraan konvensional menjadi listrik.
Masa peralihan kendaraan listrik telah menjadi suatu upaya dari kesadaran global terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan. Penyumbang polusi udara terbesar di Indonesia berasal dari sektor-sektor industri dan sektor transportasi.
“Kami juga melihat bahwa Indonesia memiliki jumlah populasi yang cukup besar. Hal ini menjadi potensi pasar kendaraan listrik juga besar. Selain itu juga, Indonesia memiliki tarif dasar listrik yang rendah dibandingkan negara lain, kendaraan listrik akan menjadi sangat menguntungkan. Maka dari itu, pemerintah sangat serius membawa komitmen ini yang akhirnya dituangkan dalam program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai,” ujar Peneliti ahli pertama di Pusat Riset Ekonomi Industri Jasa & Perdagangan BRIN (PR EIJP BRIN), Rendi Febrianda, Kamis (25/4/2024).
Namun demikian, pengembangan mobil listrik di Indonesia tidak mudah. BRIN mengungkapkan sejumlah tantangan dalam masa transisi kendaraan ini.
Pertama, tantangan bersifat institusional. Di mana upaya insentif fiskal untuk mendorong kolaborasi industri dan universitas yang ditujukan untuk terciptanya pengembangan teknologi dan inovasi dinilai belum efektif.
Hal ini dikarenakan persyaratan untuk mendapatkan insentif (super tax deduction) cukup sulit. Selain itu, belum teridentifikasi terdapat kolaborasi antara PT & Lemlitbang dengan industri.
"Pemenuhan target untuk komponen TKDN masih cukup sulit untuk dipenuhi. Hal ini dikarenakan baru hanya sebatas target, belum terealisasi. Selain itu, pemenuhan TKDN juga bersaing dengan komponen impor," ujarnya.
Kemudian kesiapan industri domestik untuk turut berpartisipasi dalam rantai pemasok EV masih rendah. Hal ini disebabkan karena belum terdapat industri komponen EV domestik di Indonesia dan masih impor.
Selain itu, tantangan lainnya soal respon masyarakat terhadap insentif penggunaan kendaraan listrik (EV) masih rendah.
"Walaupun permintaan masyarakat terhadap EV terus meningkat, namun secara jumlah masih kalah jauh dengan permintaan kendaraan konvensional," katanya.