JAKARTA - Harga minyak dunia langsung naik pada hari ini usai Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dunia usai helikopter mereka jatuh saat melintasi daerah pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan pada Senin (20/5/2024).
Harga minyak mentah Brent naik 41 sen atau 0,5% menjadi USD84,39 per barel setelah sebelumnya naik menjadi USD84,43, tertinggi sejak 10 Mei.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan Juni turun tipis 23 sen menjadi USD80,29 per barel, setelah mencapai USD80,35 sebelumnya, tertinggi sejak 1 Mei. Kontrak bulan Juni berakhir pada hari Selasa dan kontrak Juli yang lebih aktif berada pada USD79,89, naik 31 sen atau 0,4%. Demikian dilansir Reuters, Jakarta.
Sentimen kenaikan harga minyak di tengah meninggalnya Presiden Iran. Di saat bersamaan, putra mahkota Arab Saudi juga membatalkan perjalanan ke Jepang karena alasan masalah kesehatan sang ayah Raja Salman.
Kantor berita Arab Saudi pada hari Minggu melaporkan bahwa Raja Salman yang berusia 88 tahun akan menjalani perawatan karena sakit radang paru-paru.
“Jika kesehatan sang ayah menurun, hal ini menambah lapisan ketidakpastian yang sudah melingkari pasar energi pagi ini menyusul berita bahwa Presiden Iran hilang (meninggal),” kata analis IG Markets Tony Sycamore.
Dia menambahkan bahwa harga minyak WTI mungkin akan rebound lebih jauh menuju USD83,50 setelah naik di atas rata-rata pergerakan 200 hari di USD80,02.
“Saya pikir ada cukup alasan mengapa hal ini terjadi, terlebih lagi ketika Anda mempertimbangkan langkah-langkah properti China yang diumumkan minggu lalu, termasuk melonggarkan peraturan hipotek, menurunkan deposito, dan membeli rumah yang tidak terjual,” kata Sycamore.
Brent mengakhiri minggu sebelumnya dengan kenaikan sekitar 1%, kenaikan mingguan pertama dalam tiga minggu, sementara WTI naik 2% karena membaiknya indikator ekonomi dari AS dan China, konsumen minyak terbesar di dunia.
Meskipun terdapat volatilitas di kawasan ini, harga minyak hanya bergerak sedikit. “Pasar minyak sebagian besar masih terikat pada kisaran ini dan tanpa katalis baru, kita mungkin harus menunggu kejelasan seputar kebijakan produksi OPEC+ untuk keluar dari kisaran ini,” kata kepala strategi komoditas di ING Warren Patterson.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang disebut OPEC+, dijadwalkan bertemu pada 1 Juni.
“Pasar juga tampak semakin kebal terhadap perkembangan geopolitik, kemungkinan karena besarnya kapasitas cadangan yang dimiliki OPEC,” kata Patterson.
Analis energi di MST Marquee Saul Kavonic mengatakan pasar dan industri sudah terbiasa dengan kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman di sektor energi. “Keberlanjutan strategi Saudi diharapkan terlepas dari masalah kesehatan ini,” tambahnya.
(Dani Jumadil Akhir)