Namun, Bank Rakyat China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman utamanya tidak berubah pada hari Jumat, mengecewakan beberapa pedagang yang berharap akan lebih banyak penurunan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lamban di negara tersebut.
Seruan untuk lebih banyak stimulus dari Beijing meningkat dalam beberapa minggu terakhir, terutama setelah serangkaian pembacaan ekonomi yang lemah untuk bulan Agustus. Sebelumnya, pertumbuhan produksi industri China juga melambat ke level terendah dalam lima bulan bulan lalu, dan penjualan eceran serta harga rumah baru semakin melemah.
Dari sentimen domestik, melihat keagresifan The Fed yang akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 125 bps tahun ini, maka Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan memangkas suku bunga tambahan lagi antara 75 -100 bps berada pada kisaran 5,25-5,00 persen, yang bertujuan untuk membangkitkan kembali roda perekonomian yang sebelumnya lesu, akibat suku bunga kredit perbankan yang tinggi.
Hal ini, mempertimbangkan prospek kebijakan moneter The Fed, lintasan inflasi Indonesia yang rendah, transaksi berjalan yang terkendali. Neraca Perdagangan Indonesia tetap stabil dan cadangan devisa yang terus meningkat. Pada Agustus 2024, inflasi umum sedikit menurun menjadi 2,12 persen year on year (yoy), turun dari 2,13 persen yoy pada Juli 2024.
Hal Ini menandai tingkat terendah sejak Februari 2022. Meski demikian, level inflasi ini masih berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5 hingga 3,5 persen. Di sisi lain, momentum penurunan suku bunga acuan BI ini diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid. Terutama bagi industri perbankan.
Pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund, yang selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit. Tujuannya agar permintaan kredit bisa terdongkrak sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan.
Sekadar informasi, pemangkasan suku bunga acuan ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. Suku bunga BI sempat bertahan di level 3,5 persen sejak Februari 2021 sampai Juli 2022. Kemudian, kenaikan mulai terjadi pada Agustus 2022 hingga Agustus 2024 yang berada di level 6,25 persen.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.070 - Rp15.180 per dolar AS.
(Taufik Fajar)