Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Raup Laba Bersih Rp41,1 Triliun di Kuartal III 2024, Bos BCA Ungkap Tak Ada Pengurangan Karyawan

Anggie Ariesta , Jurnalis-Rabu, 23 Oktober 2024 |17:56 WIB
Raup Laba Bersih Rp41,1 Triliun di Kuartal III 2024, Bos BCA Ungkap Tak Ada Pengurangan Karyawan
Presdir BCA soal Laba (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA dan entitas anak membukukan laba bersih Rp41,1 triliun, atau tumbuh 12,8 persen yoy dibandingkan periode sebelumnya Rp36,4 triliun.

Peningkatan laba tersebut juga didorong oleh pertumbuhan volume kredit di semua segmen, perbaikan kualitas pinjaman serta konsisten, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, peningkatan kredit hingga September 2024 merefleksikan komitmen BCA dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.

"Kami juga melihat permintaan kredit konsumer yang baik, tercermin dari pelaksanaan BCA Expoversary 2024 dan BCA Expo 2024 yang mampu mengumpulkan total aplikasi KPR dan KKB lebih dari Rp78 triliun," kata Jahja dalam dalam Press Conference Paparan Kinerja Triwulan III BCA, Rabu (23/10/2024).

Adapun BCA dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 14,5 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp877 triliun per September 2024.

Penyaluran pembiayaan per September 2024 ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9 persen YoY mencapai Rp395,9 triliun. Kredit komersial naik 11,8 persen YoY menjadi Rp135,3 triliun, dan kredit UKM tumbuh 14,2 persen YoY hingga Rp120,1 triliun.

Total portofolio kredit konsumer naik 13,1 persen YoY menjadi Rp216,5 triliun, didorong KPR yang tumbuh 10,7 persen YoY mencapai Rp130,4 triliun serta KKB sebesar 17,9 persen YoY menjadi Rp64,1 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya (mayoritas kartu kredit) naik 15,0 persen YoY mencapai Rp21,9 triliun.

Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan tumbuh 10,7% YoY menyentuh Rp214 triliun per September 2024, berkontribusi hingga 24,3% dari total portofolio pembiayaan.

Pertumbuhan kredit yang solid diikuti dengan terjaganya kualitas pembiayaan perseroan. Rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1 persen per September 2024, membaik dari posisi setahun lalu di angka 7,9 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga 2,1 persen.

Pencadangan NPL dan LAR pada tingkat yang memadai, masing-masing 193,9 persen dan 73,5 persen. Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 3,4% YoY menyentuh Rp1.125 triliun.

Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 82 persen dari total DPK, tumbuh 5,2 persen mencapai Rp915 triliun. Terjaganya pertumbuhan CASA selaras dengan peningkatan total frekuensi transaksi BCA sebesar 21 persen YoY mencapai 26 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024.

Dari sisi pendapatan bunga bersih (net interest income/NII), BCA mencatat pertumbuhan sebesar 9,5 persen YoY mencapai Rp61,1 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2024.

Pendapatan selain bunga naik 13,5 persen YoY menjadi Rp19,0 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 7,0 persen YoY. Total pendapatan operasional mencapai Rp80,1 triliun, naik 10,4 persen YoY.

Bos BCA Ungkap Faktor Pendorong Laba Bersih

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, ada beberapa faktor pendorong mengapa laba bersih BCA naik sekitar 12,8 persen, salah satunya adalah capaian kredit.

"Ada beberapa faktor ya, disini kita lihat juga bahwa dari kredit yang tahun lalu meningkatnya sudah cukup besar, nah tahun lalu maka bunganya cuma seperempat kuartal terakhir. Tetapi tahun ini, sudah melalui day one sudah 100 persen dari kenaikan bunga, kita nikmati full year, itu dari satu kredit," jelas Jahja.

Adapun BCA dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 14,5 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp877 triliun per September 2024.

Penyaluran pembiayaan per September 2024 ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9 persen YoY mencapai Rp395,9 triliun.

"Ini pun tentunya meningkatkan net interest income BCA, meningkatkan laba BCA dari kredit terutama," kata Jahja.

Selain itu, Jahja mengungkapkan bahwa ada biaya personal expense tambahan yang naik 7,9 persen karena BCA berusaha tidak mengurangi karyawan.

"Kita berusaha tidak mengurangi karyawan, berusaha memanfaatkan karyawan yang ada, sehingga bank offices dan karyawan-karyawan yang memang pekerjaannya tergantikan oleh digitalisasi oleh teknologi, maka kita usahakan mereka untuk di-retrade," ungkap Jahja.

Faktor lainnya adalah capital expenditure atau belanja modal yang sangat dikontrol oleh BCA. Menurut Jahja, capex adalah hal yang dibutuhkan saat ini.

"Tapi yang untuk long term, secara terukur kita meneliti mana yang betul-betul kita butuhkan, nah ini juga menolong jumlah biaya depresiasi agar seminimal mungkin," ujarnya.

Kemudian, faktor yang paling penting di BCA adalah kualitas kredit. BCA mencatat Rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1 persen per September 2024, membaik dari posisi setahun lalu di angka 7,9 persen.

Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga 2,1 persen. Pencadangan NPL dan LAR pada tingkat yang memadai, masing-masing 193,9 persen dan 73,5 persen.

"Nah loan at risk kita terus turun, artinya kredit quality kita terus membaik, sehingga tahun ini penambahan cadangan tidak terlalu besar," kata Jahja.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement