Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ini Tantangan Sawit RI di Dalam Negeri hingga Eropa-AS

Fitria Azizah Banowati , Jurnalis-Senin, 18 November 2024 |19:38 WIB
Ini Tantangan Sawit RI di Dalam Negeri hingga Eropa-AS
Ini Tantangan Sawit RI di Dalam Negeri hingga Eropa-AS. (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA - Sawit Indonesia menghadapi tekanan karena isu deforestasi dan keberlanjutan lingkungan. Uni Eropa dan AS pun memberlakukan kebijakan ketat dengan memperumit ekspor sawit Indonesia.

Direktir Eksekutif Responsinle Palm Oil Intiatives (RPOI) Rosediana Suharto mengatakan, kebijakan seperti European Green Deal dan Forest Bill menjadi hambatan utama ekspor sawit Indonesia.

Kedua aturan ini menyoroti dampak lingkungan sawit, dengan menuntut produsen memenuhi standar tinggi terkait emisi karbon dan deforestasi.

“Nah sekarang kita lihat kenapa EU bikin kebijakan Green Deal itu adalah sebuah kebijakan proteksi yang sangat besar. Jadi Green Deal ini apalagi semua kebijakan mulai dari yang kecil sampai yang besar itu mereka membuat sesuatu ketentuan untuk memproteksi diri mereka sendiri,” ujar Rose dalam keynote speech pada acara seminar nasional yang diselenggarakan Rumah Sawit Indonesia (RSI) di Jakarta, Senin (18/11/2024).

“Mereka tidak memasukkan karet karena mereka menganggap karet itu adalah tanaman hutan,” lanjutnya.

Di dalam negeri, petani sawit menghadapi kendala lain berupa minimnya subsidi dan perlindungan harga. Ketika harga anjlok, banyak petani harus beralih ke komoditas lain, seperti karet atau kopi, yang memperlihatkan kurangnya dukungan berkelanjutan bagi sektor agrikultur lokal.

Isu deforestasi menjadi perhatian khusus karena Indonesia menempati posisi kedua dunia dalam angka deforestasi. Perluasan lahan sawit dianggap sebagai salah satu penyebab utama, sehingga memicu kritik keras dari komunitas internasional yang menuntut keberlanjutan.

Ketidaksiapan pemerintah dalam menyediakan data penggunaan lahan turut menjadi sorotan. Kurangnya transparansi data ini menghambat upaya Indonesia memenuhi persyaratan pasar global, seperti traceability dan due diligence, yang semakin diperketat.

Rose pun mengusulkan adanya subsidi untuk komoditas alternatif, regulasi yang mendukung petani kecil, dan peningkatan penggunaan energi terbarukan. Langkah ini diyakini dapat membantu Indonesia mempertahankan posisi di pasar global tanpa mengorbankan keberlanjutan lingkungan.

“Jadi bapak ibu, kita di sini sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap industri yang menyebabkan emisi, kalau kita ingin pasar kita tetap ada kalau kita ingin pasar kita tetap hidup kita harus mengusahakan pertama sekali kita harus mengurangi emisi dan mengurangi penggunaan lahan,” ucap Rosediana.

“Kita juga harus memberi subsidi kepada komoditas lain supaya komoditas ini bisa hidup,” tambahnya.

Dia pun menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat, Indonesia diharapkan mampu mengatasi tantangan global ini dan memperkuat posisinya di pasar internasional.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement