Proyek Bandara Dhoho Milik Orang Terkaya RI Kini Hanya Layani 1 Rute Penerbangan

Akhirnya Gudang Garam menjadi pemrakarsa untuk pembangunan Bandara Kediri lewat skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) senilai Rp13 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk pembebasan lahan, hingga tahapan konstruksi. Pemerintah memberikan dukungan kemudahan perizinan lewat penetapan status PSN.

"Ini bandara PSN yang pertama kali 100% dibiayai oleh swasta, tidak ada share dari pemerintah. Sehingga kami dari pihak pemrakarsa berfikirnya, eman-eman (sayang sekali) kalau sudah dibangun dengan uang Rp13 triliun terus hari ini hanya melayani 2 kali dalam seminggu," kata Maksin.

Menurutnya, masih diperlukan dukungan lanjutan dan kolaborasi baik dari Pemerintah Pusat hingga Daerah, terutama untuk menciptakan market (pasar) sehingga terjadi peningkatan penerbangan ke Bandara Dhoho di Kediri.

"Kalau pada waktu proyek ini sedang berjalan, maka kami bisa menghandle itu 100%, karena memang dalam proyek kami membangun hingga menyiapkan lahan. Tetapi ketika sudah operasional, di sini dibutuhkan untuk meng- create market, maka itu semua harus ada kolaborasi," lanjutnya.

Bicara soal okupansi penumpang di Bandara Dhoho sendiri, Maksin mengaku saat ini masih berada di angka 65%. Sebab rute Rabu dan Jumat yang tersedia di Bandara Dhoho saat ini dianggap tidak menjadi rute-rute favorit, terutama untuk tujuan berwisata.

"Sebenarnya kalau maskapai ada yang terbang dari kediri, minimal ke Jakarta dulu lah, setiap hari ada, itu sudah bagus menurut saya. Saya meyakini, setidaknya Senin sampai Sabtu saja, minggu tidak usah, itu nilainya akan lebih signifikan menarik, semakin banyak pilihan, wisatawan juga tidak pikir-pikir lagi," pungkasnya

(Taufik Fajar)