Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pertumbuhan Ekonomi 8% Perlu Dukungan Swasembada Pangan Plus

Fitria Azizah Banowati , Jurnalis-Sabtu, 21 Desember 2024 |17:05 WIB
Pertumbuhan Ekonomi 8% Perlu Dukungan Swasembada Pangan Plus
Pertumbuhan Ekonomi RI 8% (Foto: Okezone)
A
A
A

Transformasi sistem pangan dan pertanian Indonesia menjadi prasyarat penting bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi, keluar dari middle income trap (MIT) dan sasaran Indonesia Emas 2045. Analisis komprehensif telah menggunakan data historis sektoral Indonesia sejak dekade 1970-an serta kajian komparasi lintas negara Asia (China, India, Malaysia, Vietnam dan Thailand). Hasil analisis menunjukkan bahwa Indonesia pernah mengalami pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen pada tahun 1973, 1977, 1980 dan 1995. Pada tahun 70-an pertumbuhan yang tinggi ditunjang oleh booming harga minyak bumi. Sementara pertumbuhan ekonomi tinggi tahun 1980 dan 1995 didukung oleh pertumbuhan Industri dan peningkatan produksi pertanian pangan, melalui masifnya penerapan teknologi dan inovasi.

Beberapa negara Asia mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari 8 persen, utamanya China dan Vietnam, didukung oleh pertumbuhan tinggi pada Total Factor Productivity (TFP), yang mencerminkan pengembangan teknologi dan inovasi, terutama pada sektor pertanian.

Pertumbuhan TFP pertanian China tahun 1998-2007 berkisar 4-5% per tahun, sementara Indonesia hanya mencatat pertumbuhan TFP Pertanian periode tersebut hanya 1-2% per tahun. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tinggi di China juga didukung oleh tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, tabungan dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi China didukung oleh tingginya efisiensi investasi yang digambarkan oleh nilai ICOR di bawah 5, pada saat yang sama nilai ICOR Indonesia sekitar 6,2. Untuk dapat tumbuh di atas 8 persen, berkaca dari pengalaman China, maka pertanian Indonesia harus tumbuh 3 kali lipat dari kondisi pertumbuhan saat ini.

Agar pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 8 persen pada tahun 2028/29, maka pertanian harus tumbuh minimal 5,8% per tahun. Pertumbuhan pertanian sebesar ini

dapat dicapai dengan memaksimalkan pengembangan komoditas yang mempunyai potensi pertumbuhan tinggi, utamanya komoditi bernilai ekonomi tinggi seperti hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Peternakan berpotensi tumbuh sekitar 4,8% per tahun, sementara perikanan sekitar 6,6%.

Selain itu pengembangan sektor tersier atau jasa, yang berpotensi tumbuh tinggi perlu dukungan kebijakan yang memberikan kepastian usaha, dukungan aransemen kelembagaan yang memungkinkan proses transformasi perekonomian berjalan sesuai yang direncanakan. Strategi penguatan hilirisasi pangan dan pertanian dalam arti luas untuk memastikan proses reindustrialisasi yang lebih merata di beberapa wilayah Indonesia, mampu menghasilkan nilai tambah tinggi, menciptakan lapangan kerja baru dan berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan pemerataan Pembangunan.

Singkatnya, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2028/29, maka target pemerintah untuk mencapai swasembada pangan pada saat bersamaan, perlu didukung oleh berbagai langkah kebijakan yang dapat memacu peningkatan produktivitas komoditas pertanian bernilai tinggi.

Target swasembada dapat dimulai pada beras sebagai pangan pokok, kemudian menyusul komoditas komoditas lain bernilai ekonomi tinggi, bervisi industrialisasi, pengolahan lanjutan yang lebih sofistikasi, baik untuk memenuhi pasar domestik, maupun pasar ekspor. Upaya ini perlu didukung dengan peningkatan nilai TFP melalui pengembangan teknologi dan inovasi secara masif, ditunjang oleh peningkatan dana penelitian dan pengembangan (R&D), peningkatan kapasitas peneliti dan sistem diseminasi yang memadai.

Upaya pemerintah untuk menarik investasi asing dan dalam negeri perlu terus di tingkatkan, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas investasi untuk mencapai ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) yang ideal melalui penyederhanaan perizinan serta kemudahan berusaha. Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja memerlukan konsistensi kebijakan dan sinergi dukungan Pusat dan Daerah yang lebih baik.

Terakhir perhatian pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang ada, utamanya melalui penggunaan teknologi dan digitalisasi. Upaya ini diharapkan akan memacu peningkatan produktivitas serta penghasilan per kapita, yang pada ujungnya meningkatkan konsumsi rumah tangga dan tabungan.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement