Daftar 30 Negara dengan Jumlah Pekerja Perempuan Terbanyak, Indonesia Urutan Berapa?
JAKARTA – Di era women empowerment saat ini, semakin banyak perempuan yang memilih bekerja dan membantu perekonomian keluarga. Bahkan di 30 negara ini jumlah pekerja perempuan menjadi yang terbanyak di 2025.
Tingginya jumlah pekerja perempuan dalam satu negara bergantung pada jumlah pendapatan negara tersebut.
Sebagai informasi, perempuan cenderung lebih banyak bekerja di negara yang sangat miskin atau negara yang sangat kaya. Namun, sedikit lebih rendah partisipasinya di negara dengan berpendapatan menengah.
Dalam kasus ini, Madagaskar sebagai negara dengan pendapatan rendah dan Islandia dengan pendapatan tinggi, sama-sama memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan tinggi di angka 84%.
Di sisi lain, Nepal sebagai negara yang memiliki pendapatan menengah hanya berada pada angka standar untuk angkatan kerja perempuan aktif di 30%.
Lantas, negara mana saja dengan partisipasi angkatan kerja perempuan tertinggi di 2025?
Berikut ini akan dirangkum Okezone 30 negara dengan jumlah pekerja perempuan terbanyak 2025, melansir dari data estimasi 2025 yang dibuat oleh Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization).
1. Korea Utara 87%
2. Kepulauan Solomon 84%
3. Madagaskar 84%
4. Islandia 84%
5. Belanda 82%
6. Swedia 82%
7. Nigeria 82%
8. Tanzania 82%
9. Burundi 81%
10. Estonia 81%
11. Swiss 80%
12. Selandia Baru 80%
13. Finlandia 80%
14. Kamboja 79%
15. Denmark 79%
16. Mozambik 78%
17. Norwegia 78%
18. Uganda 78%
19. Kanada 78%
20. Lithuania 78%
21. Australia 77%
22. Jepang 77%
23. Belarusia 76%
24. Jerman 76%
25. Kazakstan 76%
26. Portugal 76%
27. Benin 76%
28. Siprus 76%
29. Bahama 76%
30. Eritrea 75%
Data tersebut menunjukan persentase tingkat partisipasi angkatan kerja dari jumlah perempuan usia kerja (15-64) yang aktif bekerja atau mencari pekerjaan di setiap negara.
Indonesia berada pada posisi 119 dengan persentase partisipasi angkatan kerja perempuan mencapai 55%.
Posisi negara terakhir dalam daftar persentase partisipasi angkatan kerja perempuan diduduki oleh Yaman yang hanya memiliki 5%.
Sementara itu, negara berpenghasilan menengah seperti India dan Nepal, hanya memiliki sepertiga angkatan kerja perempuan yang memenuhi syarat aktif bekerja dan mencari pekerjaan.
Hal ini semakin menguat pada negara berpendapatan rendah yang memiliki budaya para perempuan diharapkan untuk mengutamakan tugas keluarga di atas pekerjaan profesional, seperti contoh pada Mesir di angka 16%.
Pada negara dengan pendapatan rendah, perempuan sering kali bekerja di bidang pertanian. Lalu, negara dengan pendapatan menengah bergeser pada bidang industri. Sedangkan, negara dengan pendapatan tinggi banyak bekerja di bidang pendidikan, layanan pengasuhan anak, dan ekonomi berbasis jasa.
(Feby Novalius)
