Pegawai tersebut juga mengatakan bahwa kondisi Lulu Hypermarket yang memprihatinkan terjadi di semua toko. Ia bahkan mengatakan bahwa hipermarket asal Timur Tengah itu berlaku untuk wilayah seluruh Asia Tenggara, termasuk juga Indonesia dan Malaysia.
Ia menduga, bangkrutnya Lulu Hypermarket sendiri diduga karena biaya operasional yang lebih besar dibandingkan pendapatan, apalagi banyak pegawai asing yang mempunyai posisi strategis dapat melakukan pengobatan khusus, misalnya rumah dinas dan tunjangan operasinal lainnya.
Selain itu juga karena banyaknya produk yang kurang masuk kalau dijual di supermarket seperti ini, misalnya sepatu.
“Walaupun marginnya besar (sepatu) tapi barang jarang keluar,” tandasnya.
(Taufik Fajar)