Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekonomi China Tumbuh 5,4% pada Kuartal I-2025 di Tengah Perang Tarif Impor AS

Ayu Aulia Rahayu , Jurnalis-Rabu, 16 April 2025 |14:54 WIB
Ekonomi China Tumbuh 5,4% pada Kuartal I-2025 di Tengah Perang Tarif Impor AS
Ekonomi China (Foto: Okezone)
A
A
A

“Namun, kita harus menyadari bahwa lingkungan eksternal menjadi semakin kompleks dan berat, dorongan terhadap pertumbuhan permintaan domestik yang efektif masih kurang, dan fondasi bagi pemulihan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan belum sepenuhnya kokoh,” tambah biro tersebut dikutip Antara, Rabu (16/4/2025).

3. Perang Tarif Impor

Dua ekonomi terbesar dunia ini telah terlibat dalam perang tarif balasan sejak Presiden AS Donald Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari untuk masa jabatan kedua yang tidak berurutan, dengan saling memberlakukan tarif tinggi.

Barang-barang China kini dikenakan tarif tambahan sebesar 145 persen saat masuk ke Amerika Serikat, sementara China telah menaikkan tarif balasan atas seluruh barang asal AS menjadi 125 persen.
Perdana Menteri China Li Qiang menekankan perlunya menerapkan “kebijakan makro yang lebih proaktif” secara tepat waktu guna merespons “ketidakpastian dalam lingkungan eksternal” dalam pertemuannya dengan para pakar ekonomi dan pengusaha pekan lalu.

Ia berjanji bahwa Beijing akan menjadikan perluasan permintaan domestik sebagai strategi jangka panjang.
Selama periode Januari-Maret, penjualan ritel barang konsumsi naik 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara investasi pada aset tetap (tidak termasuk rumah tangga pedesaan) meningkat 4,2 persen.

Namun, investasi dalam pengembangan sektor properti anjlok 9,9 persen di tengah krisis berkepanjangan di sektor tersebut.

Produksi industri di China, yang dijuluki sebagai “pabrik dunia,” tumbuh 6,5 persen. Nilai total ekspor naik 6,9 persen.

Pekan lalu, Bank Pembangunan Asia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 4,7 persen tahun ini dari 5,0 persen pada 2024, disebabkan oleh tarif AS yang lebih tinggi, rendahnya kepercayaan konsumen, dan lemahnya sektor properti yang berkelanjutan.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement