JAKARTA - Asal usul istilah May Day di peringatan Hari buruh. Setiap tanggal 1 Mei, masyarakat dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau yang akrab disebut "May Day."
Namun, bagaimana sebenarnya asal usul istilah "May Day" dalam konteks pergerakan buruh?
Dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/4/2025), sejarah mencatat, "May Day" berawal dari aksi besar-besaran para buruh di Amerika Serikat pada 1 Mei 1886. Pada hari itu, ratusan ribu pekerja turun ke jalan di berbagai kota besar untuk menuntut hak jam kerja delapan jam sehari. Gerakan ini memuncak dalam insiden berdarah di Chicago yang dikenal dengan nama Haymarket Affair, saat demonstrasi damai berubah menjadi bentrokan antara buruh dan polisi.
Untuk mengenang perjuangan tersebut, Kongres Buruh Internasional kedua di Paris pada tahun 1889 menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Dunia. Sejak itu, istilah "May Day" resmi digunakan untuk melambangkan semangat solidaritas dan perjuangan kaum pekerja.
Menariknya, jauh sebelum dikaitkan dengan gerakan buruh, "May Day" merupakan perayaan musim semi di Eropa yang penuh kegembiraan. Namun, makna tersebut bergeser drastis setelah peristiwa 1886, menjadikan "May Day" identik dengan perjuangan hak-hak pekerja di berbagai negara.
Di Indonesia, Hari Buruh juga memiliki sejarah panjang. Menurut catatan, peringatan Hari Buruh di tanah air mulai marak pada era penjajahan Belanda, khususnya setelah pendirian serikat buruh pertama tahun 1905. Namun, pada masa Orde Baru, peringatan 1 Mei dilarang dan identik dengan gerakan subversif. Baru pada tahun 2013, pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 24 menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional, menghormati peran penting kaum pekerja dalam pembangunan bangsa (Okezone, 2023).
Saat ini, "May Day" bukan hanya sekadar momentum demonstrasi, tetapi juga hari untuk mendorong dialog antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah mengenai kesejahteraan tenaga kerja.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)