Menurutnya, pertumbuhan keluarga baru di tengah naiknya harga tanah di perkotaan membuat masyarakat harus mencari rumah di luar kota, sehingga setiap harinya, mereka harus keluar masuk kota dan terjadilah kemacetan.
Pada kesempatan itu, Fahri Hamzah juga melaporkan adanya potensi lahan untuk pembangunan perumahan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Seperti, aset milik Badan Bank Tanah seluas 33.116 hektar, tanah terindikasi terlantar yang dicatat Kementerian ATR/BPN sebanyak 79.925 hektare, dan tanah kas desa seluas 17,49 juta hektare yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Masalah perumahan di Indonesia itu karena regulasi berubah-ubah, institusi berganti-ganti, sehingga mengeluarkan kebijakan yang tidak mantap dan tidak konsisten," tutup Fahri Hamzah.
(Dani Jumadil Akhir)