JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memiliki strategi khusus untuk menjaga kualitas kredit di segmen UMKM. Terutama dalam menghadapi potensi risiko pelemahan daya beli masyarakat dan perlambatan konsumsi rumah tangga.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom mengatakan, BRI secara proaktif melakukan review kembali framework risk management perseroan. Langkah ini bertujuan untuk menata kembali organisasi manajemen risiko agar dapat menjadi penyeimbang dan pengawal bagi unit bisnis.
"Mungkin sebelum saya meng-address terkait dengan UMKM khususnya, tapi memang saat ini kita sedang melakukan juga me-review kembali framework risk management seperti tadi disampaikan oleh Pak Dirut. Jadi kita yang pertama melihat kembali dan menata kembali organisasi manajemen risiko kita yang tentunya ini kita manajemen risiko yang bisa sebagai balancing dan mengawal teman-teman bisnis," ujar Mucharom dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal I Tahun 2025, Rabu (30/4/2025).
Mitigasi risiko juga diperkuat dengan fokus kembali pada risiko ritel, risiko wholesale, termasuk risiko IT dan digital. BRI juga meningkatkan kemampuan dan kapasitas sumber daya manusia, tidak hanya dari sisi kompetensi tetapi juga kesiapan dan kecukupan personel di lini bisnis.
Lebih lanjut, BRI melakukan review terhadap sistem dan tools yang ada, termasuk credit scoring dan credit rating. Sistem credit rating akan dibuat lebih granular agar dapat membedakan risiko berdasarkan sektor ekonomi dan wilayah secara lebih detail.
Sistem pendeteksi fraud dan early warning system juga terus dievaluasi untuk mengantisipasi seluruh potensi risiko. Selain itu, BRI juga meninjau kembali bisnis proses secara keseluruhan untuk mencari potensi perbaikan.
Khusus mengenai kualitas kredit UMKM, Mucharom menegaskan bahwa menjaganya adalah prioritas utama. "Nah khusus terkait dengan tadi fokus di kredit UMKM yang memang hari ini mencapai sekitar 81,9% dari seluruh total portofolio kredit BRI, tentunya kita ingin menjaga kualitas dari pembiayaan di segmen UMKM ini menjadi prioritas utama kita juga," ujarnya.
Menghadapi tantangan perlambatan konsumsi rumah tangga, BRI menerapkan pendekatan pertumbuhan yang selektif untuk memastikan keberlanjutan.
"Dan menghadapi tantangan seperti potensi pelambatan konsumsi rumah tangga seperti yang tadi disampaikan, tentunya salah satu strategi yang diterapkan BRI adalah tetap menerapkan pendekatan yang tumbuh tapi tetap selektif sehingga kita bisa pastikan sustainability ke depan," jelas Mucharom.
BRI juga memperkuat fungsi monitoring dan early warning system untuk memantau kondisi nasabah dan mengantisipasi potensi pemburukan. Selain itu, BRI aktif memberikan edukasi dan pemberdayaan kepada UMKM agar mampu meningkatkan kapasitas usaha, naik kelas, dan semakin resilien dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Berbagai program pemberdayaan seperti Desa Brilian, Klasterku Hidupku, dan Rumah UMKM menjadi wujud komitmen ini. Melalui program-program tersebut, BRI tidak hanya fokus pada akses pembiayaan tetapi juga pelatihan usaha, literasi keuangan, dan pendampingan.
Direktur Utama BRI, Hery Gunardi menambahkan bahwa dari sisi manajemen risiko, BRI memastikan bisnis proses yang diterapkan telah teruji dan merupakan best practice.
Untuk menghadapi risiko, BRI memiliki alat atau predictive model untuk memastikan target segmen dan target pasar yang dibidik sudah tepat. Proses pemberian kredit juga dipastikan sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Hery menekankan perbedaan antara memberikan kredit dengan menjual barang konsumsi. Menurutnya, setelah kredit diberikan, pekerjaan bankir baru dimulai, yaitu dengan memonitor dan mengunjungi nasabah untuk melihat perkembangan bisnisnya.
Jika bisnis nasabah mengalami penurunan, BRI akan berupaya membantu, termasuk melalui restrukturisasi jika diperlukan, namun tidak boleh terlambat.
"Dan kita ingin secara konsep itu bahwa bank itu memberikan pembiayaan ataupun biaya, ataupun kredit pada nasabah, nasabahnya menjadi besar, tumbuh, dan naik kelas gitu ya. Dari mikro naik ke UMKM, atau SMI, dari SMI naik ke komersial, komersial naik ke korporat. Itu sebenarnya yang ingin dicapai oleh BRI, tidak hanya dari sisi hubungan memberikan sebagai bank dengan nasabah, tapi juga nasabah juga bisa tumbuh dengan baik dan besar," pungkas Hery.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)