JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan rasa syukur atas capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87% pada kuartal I 2025 di tengah guncangan dan tantangan global yang berat. Capaian ini, menurutnya, perlu terus diperkuat momentumnya melalui berbagai langkah strategis.
Sri Mulyani menekankan pentingnya kelanjutan reformasi struktural, kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan ekspor bernilai tambah tinggi, perbaikan iklim investasi, penyediaan infrastruktur, dan peningkatan partisipasi swasta.
"Dukungan terhadap UMKM dan koperasi perlu terus diperkuat untuk memperluas basis ekonomi domestik kita," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR perkembangan APBN, Selasa (20/5/2025).
Menkeu menambahkan, stabilisasi harga melalui instrumen APBN menjadi kunci untuk menjaga inflasi tetap rendah dan harga-harga terjangkau oleh masyarakat, serta meningkatkan nilai tukar petani dan nelayan.
Meskipun investasi pada kuartal I 2025 hanya tumbuh 2,12 persen, Menkeu meyakini trajektori investasi ke depan akan tetap kuat, didorong oleh program hilirisasi dan perubahan konstelasi global yang menciptakan peluang investasi baru. Ia juga mengingatkan agar BUMN mampu menarik investasi, bukan justru berkompetisi yang berpotensi mengurangi investasi.
Kinerja ekspor Indonesia pada kuartal pertama juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,78 persen year on year, terutama didukung oleh ekspor non-migas, khususnya komoditas terkait hilirisasi seperti besi dan baja, serta mesin dan peralatan elektronik.
Pemerintah akan terus mendukung ketahanan ekspor melalui negosiasi dengan Amerika Serikat dan perluasan pasar ekspor, serta penguatan struktur produksi menuju produk bernilai tambah tinggi.
Sektor manufaktur mampu tumbuh positif 4,55 persen pada kuartal I 2025, dengan ekspor manufaktur yang konsisten ekspansif, mengkompensasi penurunan ekspor pertambangan. Meski Purchasing Management Index (PMI) Indonesia mengalami zona kontraksi pada April 2025, pemerintah bertekad untuk mengembalikannya ke zona ekspansif melalui peningkatan produk bernilai tambah tinggi dan penguatan struktur perindustrian.
Salah satu sorotan utama adalah kinerja sektor pertanian yang tumbuh sangat tinggi 10,52 persen pada kuartal pertama. Capaian ini memperkuat optimisme menuju ketahanan pangan, terutama didukung oleh penyederhanaan tata kelola subsidi pupuk melalui pemangkasan 145 regulasi.
"Produksi beras nasional periode Januari hingga Maret meningkat 51 persen year on year. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjaga ketahanan pangan di tengah ketidakpastian global," jelas Sri Mulyani.
Menkeu juga menyebutkan data Rice Outlook April 2025 yang menunjukkan produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024-2025 adalah yang tertinggi di ASEAN, dengan perkiraan total produksi 34,6 juta ton atau tumbuh 4,8 persen dari tahun sebelumnya.
Daya tahan dan resiliensi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak terlepas dari konsistensi upaya pemerintah menjaga tingkat harga pada level ideal. Inflasi Indonesia termasuk yang paling rendah dibandingkan negara lain, bahkan saat gejolak harga pangan terjadi.
"Pada perkembangan terkini inflasi yang terlihat dari indeks harga konsumen berada pada level 1,95 persen year on year. Inflasi inti ada pada tingkat 2,5 persen mencerminkan permintaan dan daya beli masih dapat menopang aktivitas ekonomi," paparnya.
Inflasi pada kelompok volatile food berada pada 0,6 persen dan administered price sebesar 1,25 persen, yang merupakan hasil koordinasi kebijakan pengendalian inflasi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, dan Bank Indonesia. Ke depan, inflasi diperkirakan tetap terkendali pada rentang 2,5 persen plus minus 1 pada tahun 2026.
APBN 2025 akan terus dijaga agar responsif dan efektif dalam menstabilkan ekonomi serta melindungi masyarakat dan dunia usaha. Setelah mengalami defisit di awal tahun, APBN menunjukkan turnaround pada bulan April dengan surplus sebesar Rp4,3 triliun.
Keseimbangan primer surplus Rp173,9 triliun dan posisi kas negara surplus Rp283,6 triliun dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA). Total kas negara berada di atas Rp100 triliun.
Penerimaan negara terus menunjukkan tren penguatan, sementara belanja negara terealisasi sebesar Rp806,2 triliun atau 22,3 persen dari target APBN. Ini menunjukkan bahwa di tengah masa transisi, APBN 2025 tetap mampu berfungsi optimal dalam menunjang pelaksanaan program prioritas pemerintah yang dirasakan oleh rakyat.
Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan fiskal 2026 akan diarahkan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, energi, dan ekonomi dalam rangka menuju Indonesia tangguh, mandiri, dan sejahtera.
Pemerintah juga akan terus memelihara posisi non-blok dalam persaingan global, melakukan diplomasi proaktif dan negosiasi strategis untuk menjaga kepentingan Indonesia, termasuk transfer teknologi dan inovasi. Upaya perluasan penetrasi ekspor produk unggulan ke kawasan potensi lainnya seperti ASEAN+3, BRICS, dan Eropa juga akan terus dilakukan.
"Ini adalah semangat Kebangkitan Nasional yang terus perlu kita nyalakan dan tidak boleh padam sejak lebih dari satu abad yang lalu," tutup Sri Mulyani.
(Taufik Fajar)