Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Orang Miskin di Perkotaan Naik Imbas Melonjaknya Pengangguran

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Jum'at, 25 Juli 2025 |21:59 WIB
Orang Miskin di Perkotaan Naik Imbas Melonjaknya Pengangguran
Orang Miskin di Perkotaan Naik Imbas Melonjaknya Pengangguran (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2025 sebanyak 23,85 juta orang, turun sebanyak 210 ribu orang dibandingkan September 2024.

Meski secara data turun, namun terjadi kenaikan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan pada Maret 2025, salah satunya disebabkan karena meningkatnya jumlah setengah pengangguran.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono menyampaikan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan meningkat sebesar 0,07 persen poin dari 6,66 persen pada September 2024 menjadi 6,73 persen pada Maret 2025.

“Ada beberapa kondisi sosial ekonomi yang terkait dengan kenaikan kemiskinan di perkotaan, yang pertama jumlah setengah pengangguran,” kata Ateng Hartono, di Jakarta, Jumat (25/7/2025).

Setengah pengangguran adalah para pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan masih mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan lain.

Dia menuturkan jumlah setengah penganggur di perkotaan pada Februari 2025 meningkat 460 ribu orang dibandingkan pada Agustus 2024.

Faktor lainnya adalah kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kalangan laki-laki di wilayah perkotaan dari 5,87 persen pada Agustus 2024 menjadi 6,06 persen pada Februari 2025.

“Nah laki-laki kan sebagian besar ujung tombak dalam perekonomian, dalam bekerja. Jadi, kenaikan TPT pada laki-laki ini akan berpengaruh terhadap tadi tingkat kemiskinan yang di perkotaan,” ujar Ateng.

Dia mengatakan bahwa pihaknya juga menemukan adanya korelasi antara tingkat pendidikan kepala rumah tangga yang rendah dengan kemiskinan, terlihat dari 59,45 persen kepala rumah tangga miskin merupakan tamatan SMP atau sederajat.

“Rendahnya tingkat pendidikan ini berkontribusi tentunya terhadap terbatasnya akses mereka terhadap pekerjaan yang layak. Sebanyak 49,01 persen kepala rumah tangga miskin bekerjanya di sektor informal,” ujarnya pula.

Selain itu, Ateng menyatakan kenaikan harga sebagian besar komoditas pangan berdasarkan harga pasar, seperti minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih, juga menjadi faktor pendorong naiknya kemiskinan di perkotaan.

 

Dia menyampaikan kenaikan harga barang tersebut amat mempengaruhi daya beli rumah tangga kelompok bawah, terutama kelompok rentan miskin yang cenderung mudah turun kelas menjadi kelompok miskin jika daya beli mereka melemah.

“Di kota kan sebagian besar tidak memproduksi (bahan pangan) sendiri, sehingga kenaikan harga tentunya akan berpengaruh terhadap daya belinya, terutama untuk yang rumah tangga pada kelompok bawah ataupun miskin dan juga rentan miskin,” katanya.

12,56 Juta Orang di Pulau Jawa Masih Miskin

BPS mengungkapkan angka kemiskinan berdasarkan pulau pada Maret 2025. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono mengatakan, jumlah penduduk miskin masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

"Teman-teman media dan Bapak-Ibu semuanya, jumlah penduduk miskin masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sebanyak 12,56 juta penduduk miskin berada di Pulau Jawa," ungkap Ateng.

Menurut Ateng, kontribusi kemiskinan di pulau Jawa sekitar 52,66 persen terhadap total jumlah penduduk miskin nasional.

Adapun wilayah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak kedua adalah Sumatera sebanyak 5,14 juta orang, kemudian Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 1,92 juta orang.

Selanjutnya wilayah Sulawesi sebanyak 1,85 juta orang, Maluku dan Papua sebanyak 1,49 juta orang. Sementara Kalimantan menjadi yang terendah sebanyak 890 ribu orang.
 

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement