 
                
JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menargetkan laba bersih sebesar USD250 juta atau setara Rp4,1 triliun pada 2029. Untuk merealisasikannya, perseroan melakukan ekspansi jaringan dan modernisasi armada.
Garuda menargetkan melayani hingga 100 rute penerbangan domestik dan internasional, serta menambah 121 pesawat baru yang akan beroperasi hingga 2029. Rencana ini juga mencakup perluasan rute Citilink, anak usaha Garuda, yang ditargetkan mengoperasikan sekitar 90 rute.
"Jika semua berjalan sesuai rencana, ekspansi ini akan memungkinkan Garuda Indonesia mencapai pangsa pasar domestik 50%, menghasilkan pendapatan USD6,6 miliar dan mencetak laba bersih USD250 juta pada 2029," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, dalam acara Indonesia Aero Summit, Rabu (30/7/2025).
Lebih lanjut, Wamildan menjelaskan target ini menjadi bagian dari strategi jangka menengah pasca restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan Garuda dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami tengah membangun kembali kekuatan operasional kami. Saat ini Garuda hanya mengoperasikan 78 pesawat, padahal sebelum pandemi jumlahnya mencapai lebih dari 140. Untuk mencapai target pendapatan dan laba, perluasan armada menjadi hal mutlak," ungkapnya.
Wamildan juga mengungkapkan bahwa perusahaan telah menjalin kerja sama erat dengan produsen pesawat global seperti Boeing dan Airbus, dengan prioritas pada efisiensi bahan bakar dan ketahanan jangka panjang.
Ekspansi besar-besaran ini, kata Wamildan, tidak hanya bertujuan meningkatkan kinerja Garuda, tetapi juga memperkuat peran sektor penerbangan sebagai penggerak utama ekonomi nasional. Ia menyebut, dengan armada dan jaringan yang kembali solid, Garuda menargetkan pangsa pasar domestik sebesar 50% pada 2029, serta pendapatan kotor mencapai USD6,6 miliar.
Disamping itu, menurutnya, dalam kurun waktu awal tahun 2025, terjadi pertumbuhan penumpang sebesar 7,7% pada penerbangan domestik dan 6,8% pada penerbangan internasional.
"Keduanya menunjukkan tren pertumbuhan yang sangat menjanjikan. Meski jumlah penumpang hampir kembali ke tingkat sebelum pandemi, alias permintaan sudah kembali, tetapi kapasitas kita belum sepenuhnya pulih," pungkas Wamildan.
(Feby Novalius)