Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mentan Buka Suara soal Kabar Penggilingan Padi Tutup Imbas Beras Oplosan

Tangguh Yudha , Jurnalis-Sabtu, 16 Agustus 2025 |18:18 WIB
 Mentan Buka Suara soal Kabar Penggilingan Padi Tutup Imbas Beras Oplosan
Mentan Buka Suara soal Kabar Penggilingan Padi Tutup Imbas Beras Oplosan (Foto: Kementan)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman buka suara yang menyebut bahwa banyak penggilingan padi yang tutup imbas beras oplosan. Menurutnya, fenomena tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.

Mentan menjelaskan bahwa terdapat tiga klaster penggilingan padi di Indonesia, yaitu kecil, menengah, dan besar dengan jumlah yang cukup besar. Kondisi ini, katanya menyebabkan banyak penggilingan yang tidak bisa beroperasi karena kelebihan kapasitas (idle).

"Yang kecil jumlahnya 161 ribu, yang menengah 7.300, yang besar 1.065. Kapasitasnya yang kecil adalah 116 juta ton, tapi produksi padi Indonesia hanya 65 juta ton. Menurut anda, kalau kapasitas 116 juta, kemudian produksi padi Indonesia hanya 65 juta ton, idle nggak? Idle kan? Clear," ujar Mentan saat dijumpai usai konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2025 di Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Mentan menambahkan, maraknya penggilingan padi yang tutup juga disebabkan oleh banyaknya perusahaan penggilingan besar yang masuk ke Indonesia antara 15 sampai 20 tahun yang lalu. Metan Amran menilai, hal ini pada akhirnya menyebabkan aktivitas penggilingan kecil terganggu.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pergeseran pola produksi juga memengaruhi aktivitas penggilingan. Amran mengungkapkan sekitar 70 persen produksi padi terjadi dalam enam bulan pertama setiap tahun.

"Artinya kalau 7 kali 6 berarti 42 juta ton. 42 juta ton sudah selesai giling. Selebihnya 23 juta ton, itu yang kapasitas giling terpasang adalah 165 juta besar kecil sedang. Pasti ada yang tidak kebagian kan? Yang besar harusnya tidak masuk mengganggu yang kecil," imbasnya.

 

Dia menambahkan, gangguan bisa terjadi bila penggilingan besar membeli gabah dengan harga lebih tinggi. Kendati demikian, Mentan Amran memastikan bahwa saat ini ada tanda-tanda pemulihan bagi penggilingan kecil.

"Karena yang kecil kalau dia beli Rp6.500, dia membeli Rp6.700 yang besar. Kalau dia naik Rp6.700, mereka beli Rp7.000. Artinya yang kecil, ekonomi kecil terganggu. Tapi lihat fenomena, setelah terjadi pengurangan premium di supermarket modern, terjadi peningkatan penjualan di pasar tradisional. Kemudian penggilingan kecil mendapatkan suplai," pungkasnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement