JAKARTA - Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria menyatakan penyelesaian masalah utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh sudah masuk dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2025.
Dony menjelaskan, saat ini pihaknya tengah melakukan penjajakan dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait utang hingga kerugian yang saat ini masih dimiliki oleh perusahaan patungan dengan China itu.
"Sedang kita lakukan penjajakan, tentu akan kita bereskan (utang kereta cepat) proses itu. Kemarin kan Direktur Utama KAI juga sudah menyampaikan di DPR, kita bereskan, masuk dalam RKAP kita tahun ini," ujarnya saat ditemui di Smesco, Jumat (22 Agustus 2025).
Beban utang PT KCIC menjadi sorotan disamping pendapatan yang minim. Tercatat, perusahaan itu masih menelan kerugian sebesar Rp1,6 triliun pada semester I 2025. Jumlah ini berkurang jika dibandingkan kerugian pada Semester I 2024 sebesar Rp2,3 triliun.
Sekedar informasi, PT KCIC merupakan perusahaan patungan antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Komposisinya, PT PSBI memiliki 60 persen saham atas Whoosh, sedangkan Beijing Yawan HSR Co. Ltd memegang porsi 40 persen. PT KAI dalam hal ini menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 58,53 persen.
Kesempatan sebelumnya, CEO Danantara Rosan Roeslani sempat mengatakan bahwa akan segera mengambil langkah restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. "Kita akan umumkan langkah-langkah kita dalam langkah restrukturisasi (utang) dari KCIC atau Whoosh ini," kata Rosan (5/8).
Rosan menegaskan, dalam penyelesaian masalah utang Whoosh ini dipastikan tidak menjadi masalah baru di kemudian hari. Namun demikian, belum dipaparkan secara rinci terkait aksi korporasi yang akan dilakukan untuk penyelesaian Whoosh.
"Kalau kita melakukan suatu corporate action, itu tuntas. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah," tegasnya.
(Taufik Fajar)