JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia dalam kunjungannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), pagi ini. Penjelasan tersebut disampaikan di tengah tekanan pasar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok hingga menyentuh level 7.582.
Dalam penjelasannya, Airlangga mengaku bahwa peristiwa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir merupakan pukulan yang berat. Hal ini pun dapat menjadi kekhawatiran dan ketidakpastian baik masyarakat maupun investor serta pelaku pasar.
Meski demikian, Airlangga memastikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia sampai saat ini tetap solid. Terlihat dari kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang tetap tumbuh. Kemudian indeks manufaktur (PMI) sudah kembali ke 51,1% dan didukung ekspansi serta permintaan baru.
"IHSG kemarin, momentum minggu kemarin menyentuh level tertinggi, 25 Agustus di level 7.926. Kita lihat inflasi juga terkendali dan hari ini akan dirilis inflasi di Agustus dan angkanya juga akan baik, terkendali. Rupiah relatif stabil di Rp16.490," ujar Airlangga di Bursa Efek Indonesia, Senin (1/9/2025).
Neraca perdagangan Indonesia juga konsisten dengan selalu surplus. Bahkan, data neraca perdagangan yang diumumkan hari ini juga akan menyentuh angka yang terbaik.
"Konsumsi domestik juga kuat, mobilitas masyarakat tetap tinggi, kenaikan belanja ritel offline dan online, dan pemerintah siapkan stimulus ekonomi untuk Natal dan Tahun Baru," ujarnya.
Dalam konferensi pers ini, Airlangga didampingi Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, dan Direktur Utama BEI, Iman Rachman. Airlangga juga memastikan bahwa impor barang modal tumbuh kuat di kuartal II, hingga perputaran uang dan transaksi di berbagai provinsi menunjukkan tingginya aktivitas ekonomi.
"Jadi terkait situasi terkini dan fundamental yang solid, pemerintah yakin dampak dan dinamika yang terjadi terhadap ekonomi harapannya bersifat jangka pendek. Dan pemerintah mendorong optimisme untuk jangka menengah dan panjang," ujarnya.
(Feby Novalius)