Akan tetapi perbedaan angka tidak mengubah kenyataan di lapangan lahan sawah terus menyusut dengan kecepatan mengkhawatirkan.
Direktur Perlindungan dan Optimasi Lahan Kementerian Pertanian, Brigjen Pol Andi Herindra, justru mempertegas ancaman tersebut.
Dia mengungkapkan bahwa di Jawa Tengah, luas Lahan Baku Sawah (LBS) anjlok drastis dari 1.049.661 hektar pada 2019 menjadi 987.468 hektar pada 2024. Artinya, dalam lima tahun saja lebih dari 62 ribu hektar sawah hilang terkonversi.
“Ini situasi yang sangat mengkhawatirkan. Jika dibiarkan, alih fungsi lahan ini akan mengancam ketahanan pangan nasional dan berdampak pada tidak terpenuhinya target swasembada yang kita bangun bersama,” tegas Andi Herindra.
Data BPS juga menunjukkan gejala nyata dampak alih fungsi lahan. Luas areal panen terus tergerus dari 10,66 juta hektar pada 2020 turun menjadi 10,41 juta hektar pada 2021.
Meski sempat naik tipis pada 2022 menjadi 10,45 juta hektar, angka itu kembali merosot pada 2023 (10,21 juta hektar) dan 2024 (10,05 juta hektar).
Produktivitas padi pun mengalami indikasi stagnasi. Setelah 2022 tercatat 5,24 ton per hektar, angka itu hanya naik sedikit menjadi 5,29 ton pada 2023 dan stagnan di level sama pada 2024.
Dengan produktivitas yang jalan di tempat, penyusutan lahan sawah justru semakin mempersempit ruang bagi produksi pangan nasional.
(Taufik Fajar)