Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Biodiesel Sawit Tekan Ketergantungan Energi Fosil hingga 40 Persen

Feby Novalius , Jurnalis-Jum'at, 12 September 2025 |18:46 WIB
Biodiesel Sawit Tekan Ketergantungan Energi Fosil hingga 40 Persen
BPDP) menegaskan peran strategis hilirisasi komoditas sawit, kelapa, dan kakao sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional. (Foto: Okezone.com/Kementan)
A
A
A

JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menegaskan peran strategis hilirisasi komoditas sawit, kelapa, dan kakao sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui penguatan permintaan domestik, dukungan energi terbarukan, hingga pembinaan industri kecil dan menengah, perkebunan dapat menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir BPDP, Mohammad Alfansyah, menjelaskan strategi BPDP dalam pengelolaan dana perkebunan dimulai sejak 2015 dengan menekankan pada penguatan permintaan domestik, khususnya di sektor kelapa sawit. Hal ini terbukti mampu menjaga stabilitas harga dan memberikan manfaat langsung bagi petani.

“Sejak awal, strategi kami adalah menciptakan permintaan di dalam negeri agar petani tetap memperoleh harga yang kompetitif. Kini, harga yang diterima petani sawit terus mencatatkan rekor hampir setiap bulan,” ujar Alfansyah, Jumat (12/9/2025).

Dia menambahkan, pemanfaatan energi berbasis kelapa sawit kini telah menjadi penopang utama transisi energi nasional. Menurutnya, kontribusi sawit terhadap pengurangan penggunaan energi fosil sangat signifikan.

“Dengan menggunakan biodiesel berbasis sawit, kita berhasil menurunkan hingga 40 persen penggunaan energi fosil. Artinya, dalam setiap liter energi solar yang digunakan, 40 persennya berasal dari sawit. Ini bukan hanya soal energi, tapi juga soal kesejahteraan petani dan kedaulatan energi nasional,” tegasnya.

Namun, BPDP tidak berhenti hanya pada kelapa sawit. Lembaga ini kini memperluas mandatnya untuk juga mendorong pengembangan kelapa dan kakao.

Alfansyah menilai kedua komoditas tersebut memiliki potensi besar yang dapat digarap tidak hanya oleh perusahaan besar, tetapi juga masyarakat melalui skala usaha kecil dan menengah.

“Visi BPDP adalah mengoptimalkan kelapa dan kakao dengan mendorong tumbuhnya industri kecil dan menengah di masyarakat, mulai dari minyak kelapa, gula kelapa, hingga produk turunan bernilai ekspor. Dengan begitu, ekonomi lokal akan lebih berdaya dan penyerapan tenaga kerja meningkat,” jelasnya.

Lebih jauh, BPDP juga aktif dalam mendukung industrialisasi berbasis masyarakat. Melalui program pendampingan dan pembiayaan, masyarakat diberi peluang untuk membangun usaha berbasis produk turunan kelapa dan kakao.

Alfansyah mencontohkan pembuatan minyak kelapa dan gula kelapa yang dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, namun tetap memiliki potensi besar di pasar internasional.

Selain fokus pada hilirisasi, BPDP juga berkomitmen memperkuat sumber daya manusia perkebunan. Regenerasi petani menjadi salah satu isu yang disorot, mengingat sebagian besar petani berusia lanjut.

“Kami tidak ingin sektor perkebunan hanya bergantung pada petani berusia 70 tahun. Karena itu, BPDP mengelola program pendidikan vokasi hingga jenjang sarjana untuk lebih dari 9.000 mahasiswa, dengan jaminan keterhubungan ke dunia kerja,” kata Alfansyah.

 

Langkah ini bertujuan agar sektor perkebunan memiliki tenaga kerja muda yang kompeten, siap mengelola perkebunan, sekaligus mampu berinovasi dalam mengembangkan produk turunan bernilai tambah.

Dengan begitu, industri perkebunan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang mengikuti kebutuhan pasar global.

Dalam konteks keberlanjutan, BPDP menaruh perhatian besar pada riset dan pengembangan (Riset dan Pengembangan). Program ini meliputi pembiayaan penelitian, promosi perkebunan, hingga penguatan regulasi ekspor.

“Kami sadar kampanye negatif terhadap sawit masih sering terjadi. Karena itu, BPDP memiliki peran penting untuk mengimbangi narasi global dengan fakta bahwa produk sawit kita adalah energi terbarukan yang berkelanjutan dan bernilai tinggi,” tegas Alfansyah.

Ia menegaskan bahwa keberlanjutan sektor perkebunan tidak hanya dilihat dari sisi lingkungan, tetapi juga dari sisi sosial dan ekonomi. Dengan adanya hilirisasi, pengembangan SDM, serta dukungan riset, diharapkan sektor perkebunan Indonesia dapat menjadi motor penggerak ekonomi sekaligus penyokong kesejahteraan masyarakat.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement