JAKARTA - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa siap memangkas anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG) jika tidak terserap secara maksimal. Nantinya anggaran tersebut akan dialihkan ke hal yang produktif atau bahkan digunakan untuk mengurangi defisit dan utang negara.
Laporan Badan Gizi Nasional (BGN) menunjukkan serapan anggaran MBG baru mencapai 18,6 persen atau Rp13,2 triliun dari total pagu Rp71 triliun hingga 8 September 2025.
Berikut ini Okezone rangkum fakta-fakta Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa siap memangkas anggaran MBG, Jakarta, Sabtu (20/9/2025).
Menurut Purbaya, anggaran yang tidak terserap secara optimal hingga akhir Oktober berpotensi ditarik kembali dan dialokasikan ke program lain yang lebih produktif, atau bahkan digunakan untuk mengurangi defisit dan utang negara.
"Terus kalau di akhir Oktober kita bisa hitung dan kita antisipasi penyerapannya hanya sekian ya kita ambil juga uangnya kita sebar ke tempat lain atau untuk mengurangi defisit atau untuk mengurangi utang," ungkap Purbaya di kantornya, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Pernyataan Purbaya muncul setelah laporan Badan Gizi Nasional (BGN) menunjukkan serapan anggaran MBG baru mencapai 18,6 persen atau Rp13,2 triliun dari total pagu Rp71 triliun hingga 8 September 2025.
Purbaya menyebut bahwa pemerintah akan membantu program MBG agar serapan bisa lebih cepat, termasuk dengan mengirimkan tim manajemen untuk mengelola.
"Kami coba bantu termasuk ngirim manajemen segala macam, orang keuangan banyak kan, biar kerja lah," ujarnya.
Purbaya juga menegaskan, tidak ada "uang menganggur" di kementerian mana pun yang akan dibiarkan hingga akhir tahun.
"Pada dasarnya enggak ada uang nganggur di Departemen di Kementerian yang di earmark sampai akhir tahun, kira-kira begitu rangkanya," tegasnya.
Purbaya menjelaskan, pemerintah menerapkan strategi insentif dan sanksi (stick and carrot). "Justru kita membantu MBG biar diserap lebih cepat, tapi kalau saya gak ada sanksi ya mereka santai-santai aja lah, ini stick and carrot, kalau bisa lebih cepat ditambah lagi uangnya kalo emang bagus," kata Purbaya.
Sebaliknya, jika serapan rendah, anggaran akan dipangkas. Dia juga menambahkan, jika uangnya memang tidak bisa diserap, pihak pelaksana program juga setuju dengan langkah ini.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi isu yang beredar di media sosial mengenai kritik terhadap program MBG. Dia membantah sedang menegur program tersebut, melainkan ingin membantu mempercepat serapan anggarannya.
Namun, jika serapan tetap rendah, Purbaya tidak ragu untuk menarik dana tersebut. "Bukan negur, itu kita mau bantu. Kita bantu secepatnya. Tapi kalau enggak bisa juga kita ambil duitnya," tegas Purbaya.
Menurut Purbaya, membiarkan anggaran menganggur tidak efisien, apalagi pemerintah tetap harus membayar bunga utang. Dana yang ditarik akan dialihkan ke tempat lain yang lebih siap, termasuk untuk perluasan bantuan langsung kepada masyarakat.
Purbaya mencontohkan, dana tersebut bisa digunakan untuk memperpanjang bantuan beras 2x10 kg. "Kan gitu fair kan? Daripada nganggur, duitnya kan saya bayar bunga juga," imbuhnya.
Kemudian Purbaya menegaskan kembali dukungannya terhadap program ini, tetapi dengan syarat pelaksanaannya berjalan dengan baik. "Jadi saya enggak negur, saya mendukung. Tapi kalau enggak jalan ya ambil duitnya," ungkap Purbaya.
Di sisi lain, usulan untuk mengubah skema MBG menjadi bantuan tunai kepada orang tua murid mengemuka di tengah isu keracunan makanan di beberapa sekolah.
Namun, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi menegaskan bahwa skema pemberian makanan langsung adalah yang terbaik.
"Ide kan banyak, bukan berarti ide tidak baik, tapi konsep yang sekarang dijalankan dianggap oleh pemerintah dan BGN yang terbaik untuk dikerjakan," ujar Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan.
Prasetyo mengatakan bahwa semua catatan dan masalah yang terjadi pada program ini akan ditampung oleh pemerintah untuk diperbaiki, termasuk kasus keracunan. Ia menegaskan, pemerintah tetap berkomitmen pada konsep awal program MBG.
(Dani Jumadil Akhir)