Koreksi Bitcoin menunjukkan bagaimana aset digital bereaksi terhadap ketegangan geopolitik dan sentimen risiko global.
"Bitcoin sering disebut sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan moneter, tetapi dalam kondisi ekstrem, ia bergerak layaknya aset berisiko tinggi. Pasar global yang terguncang, likuiditas tipis, dan aksi jual berantai pada posisi leverage memicu penurunan cepat yang kemudian diikuti aksi beli algoritmik,” kata Vice President Indodax Antony Kusuma di Jakarta, Minggu (12/10/2025).
Dia menambahkan, situasi ini memperlihatkan pentingnya pemahaman konteks makro bagi investor kripto. Para investor harus melihat lebih dari sekadar harga saat ini. Koreksi ini bukan pertanda fundamental Bitcoin melemah, melainkan reaksi pasar terhadap eskalasi ketegangan dagang dan risiko makro.
"Mereka yang mampu menjaga perspektif jangka panjang dapat memanfaatkan momen volatilitas ini untuk membangun posisi strategis,” ujarnya.
Dia menekankan, meskipun pasar bergejolak, skenario jangka menengah tetap positif bagi Bitcoin. Jika ketegangan AS-China mereda atau pembicaraan baru muncul, Bitcoin bisa berkonsolidasi di kisaran USD112.000–118.000. Namun jika isu perdagangan terus mendominasi, harga bisa bergerak di antara USD105.000–120.000.
"Penurunan di bawah USD105.000 membuka peluang bagi pembeli jangka panjang,” paparnya.