JAKARTA - Ketua Umum Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) sekaligus Direktur Utama Garuda PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) Andi Fahrurrozi mengakui banyak calon investor global yang gagal berinvestasi di Indonesia membangun fasilitas industri MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) pesawat.
Dia menjelaskan, salah satu pertimbangan berat calon investor adalah terkait pungutan pajak dan bea masuk yang dipungut pemerintah terkait komponen pesawat terbang.
"Dari luar itu (investor) sudah banyak yang menunggu. Cuma tadi masalah regulasinya kita tunggu. Karena investor selama ini tidak jadi masuk karena masalah seperti perpajakan, bea masuk, dan lainnya," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (14/10/2025)
Ia menjelaskan saat ini kemampuan industri dalam negeri untuk perbaikan mesin pesawat dan komponen semakin lama semakin menurun. Perkembangan teknologi pesawat terbang belum mampu diimbangi oleh kapasitas industri di dalam negeri.
Andi Fahrurrozi memproyeksikan, dalam 5 tahun ke depan 100 persen perbaikan mesin pesawat akan dilakukan di luar negeri. Adapun posisi saat ini, 70 persen perbaikan pesawat dilakukan di luar negeri akibat keterbatasan di dalam negeri.
Menurutnya ada 3 tantangan utama dalam peningkatan kapabilitas MRO nasional. Pertama, keterbatasan volume pekerjaan yang membuat investasi peningkatan kemampuan teknis menjadi tidak ekonomis. Kedua, dominasi OEM (Original Equipment Manufacturer) dalam layanan aftersales dan reparasi komponen, di mana sebagian besar aktivitas repair masih menjadi hak eksklusif OEM.
Ketiga, tingginya biaya investasi, sehingga diperlukan kemitraan atau partnership untuk memperkuat kapasitas dan menambah capital expenditure.
"Itu yang kita harapkan, pemerintah bisa ngasih solusi dari masalah perpajakan, masalah regulasi, dan sebagainya. Minimal bisa kompetitif saja dengan apa yang diberikan negara terhadap industrinya," sambungnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Sokhib Al Rokhman mengaku saat ini pihaknya telah berkomunikasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan terkait relaksasi bea masuk untuk spare part dan mesin pesawat.
"Bea masuk, kita sudah berdiskusi dengan Kemenko Perekonomian dan Kementerian Keuangan, ini kita upayakan, sehingga sparepart mudah, dan kalau bisa bea masuk nol. Ini akan memberikan stimulus industri penerbangan Indonesia untuk bisa berdaya saing," pungkasnya.
(Taufik Fajar)