“Ketika harga emas turun, permintaan meningkat sementara pasokan terbatas. Ini yang membuat harga logam mulia kembali naik,” paparnya.
Dari dalam negeri, Ibrahim menilai fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik, ditopang oleh pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 yang mencapai 5,04 persen, di atas ekspektasi analis sebesar 4,7–4,8 persen.
“Ini mengindikasikan ekonomi kita bagus karena banyak belanja pemerintah terutama untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan stimulus konsumsi,” ujarnya.
Namun, menurut Ibrahim, kebijakan pemerintah yang membatasi penyaluran dana dari BI ke bank-bank Himbara agar tidak mengalir ke konglomerat juga berdampak pada pelemahan rupiah.
“Yang menggerakkan pasar itu konglomerat. Ini yang saya anggap salah kaprah, sehingga rupiah kemungkinan besar masih akan bercokol di Rp16.800 per USD,” pungkasnya.
(Feby Novalius)