Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Buka Keran Investasi Asing Imbas Banjir Impor Baja, Sudah Tepat?

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Kamis, 13 November 2025 |08:23 WIB
RI Buka Keran Investasi Asing Imbas Banjir Impor Baja, Sudah Tepat?
RI Buka Keran Investasi Asing Imbas Banjir Impor Baja, Sudah Tepat? (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Industri baja dalam negeri tengah menghadapi tekanan keras akibat membanjirnya produk impor. Menanggapi hal ini, pemerintah justru memilih untuk membuka keran investasi asing yang berminat membangun pabrik di dalam negeri.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengaku telah kedatangan sejumlah investor dari Eropa, China, dan Vietnam yang berminat merelokasi pabrik bajanya ke Indonesia. 

"Kami minta supaya mereka berinvestasi di Indonesia, bangun pabrik di Indonesia, sehingga mereka juga punya akses ke pasar domestik," kata Faisol usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR RI, Jakarta, Senin (10/11/2025).

Menanggapi hal ini, pengusaha dalam negeri buka suara dan  khawatir atas kebijakan tersebut. Menurutnya, langkah pemerintah seharusnya tidak hanya berfokus pada menarik investor asing, tetapi lebih kepada menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang fokus pada industri manufaktur.

"Harusnya pemerintah menciptakan pengusaha-pengusaha baru dengan bimbingan pemerintah, seperti yang tercipta di China, Jepang, dan Korea. Mereka maju industri manufakturnya karena pemerintah terjun langsung membimbing agar menyesuaikan dengan target pemerintah menjadikan Indonesia negara industri dalam 10 tahun ke depan," ujar CEO Inerco Global International Hendrik Kawilarang Luntungan.

 

Menurutnya, akar masalahnya juga terletak pada sistem penyaluran kredit perbankan. "Permasalahan kita saat ini dikarenakan penyaluran kredit dari bank-bank besar hanya diberikan kepada pengusaha besar ataupun titipan-titipan politisi. Akibatnya tidak ada pemerataan, tidak lahir para pengusaha baru. Kebijakan ini membuat orang kaya makin kaya dan orang miskin dan menengah akan mustahil masuk ke dalam kategori orang kaya," katanya.

Hendrik menekankan bahwa untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 5 persen, Indonesia membutuhkan konglomerasi-konglomerasi baru di luar yang sudah ada. 

Menyoroti investasi asing, Hendrik mengusulkan regulasi yang lebih ketat. Karena regulasi yang sudah ada sekarang masih memberi celah untuk bisa diakalin. "Cara mereka ngakalinnya  semua pakai nominee orang lokal, terus dibuat perjanjian di bawah tangan sehingga mereka tetap menguasai 100%. Ini fakta. Sama kayak orang-orang asing beli aset di Bali, kan banyak notaris atur-atur pakai nominee," katanya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement